Masa sakit
Dia harus beberapa
kali opname. Tapi dalam keadaanya yang menurut orang sarafnya lemah, atau
terganggu. Saya lebih banyak melihat bahwa Tuhan melalui keadaanya yang
demikian, merencanakan sesuatu melaui dia yang sukar dimengerti orang-orang
yang hanya mengenalnya, tetapi tidak dekat mendampinginya.
Seorang pendeta yang
pernah datang melihatnya dan berbicara dengan dia, mengatakan jangalah kalian
susah. Ke-iman-nan bapak Siahaan ini tidak perlu di sangsi kan. Imannya tetap
kuat dan tidak tergoyahkan, hanya sarafnya yang melemah, karena terlalu banyak
berpikir sebelum nya.
Dia sangat tabah
dalam keadaan bagaimana pun sakitnya kesehatan dia. Dia hampir tidak pernah
merintih atau kesal, walaupun kita tahu dia dalam kesakitan sekali. Tapi dia
paling hanya bilang oh..
Dia begitu tabah
dalam menghadapi penderitaannya dan tetapi memuji Tuhannya.
Hanya dia selalu
kesal, karena kita tidak mengizinkannya untuk berkunjung ke gereja-gereja,
selain hari minggu. Dia sekali sangat marah dan berkata, bagaimana lah nanti
pertanggung jawaban saya sebagai Tuhan, selama saya masih hidup, saya hanya
menjalankan tugas saya sebagai pendeta.
HAL 4
Janganlah manusia itu
manusia itu menghakimi temannya manusia, karena hanya Tuhanlah yang berhak
menghakimi manusia itu.
Suatu waktu dia
pernah beberapa hari tidak makan dan minum. Kita yang melihatnya saja sudah
lemas. Tapi dia mengatakan itu yang paling penting sekarang, tapi saya perlu
berbicara dengan Tuhan, sebab itu biarkanlah saya sendirian dulu. Dalam
berbicara seorang diri itu, saya coba untuk mendengarnya. Dia berbicara
bersungguh-sungguh?
Sepertinya dia dengan
seorang yang paling dekat dan dipercayainya untuk mengaku dirinya. Antara lain
saya menduga dia berkata demikian:
“Katakanlah Tuhan
kepada kami bagaimana pertimbanganmu terhadap kami. Memang kamu juga berbuat
kehendakmu, tapi kami juga berbuat yang KAU tidak kehendaki. Apa yang lebih
banyak telah kami perbuat dan katakanlah itu dalam kata-kata atau bahasa yang
bisa jelas kami mengerti, atau pun itu dalam bahasa daerah, atau dalam bahasa
Indonesia. Supaya kami tidak takut dan berani berdiri tegak di hadapan MU
kelak, pada masa penghukuman terakhir nanti. Saya akan tetap memuji nama MU,
dan berbuat baik selama saya sadarkan diri.”
Hal 5
Begitulah dia bicara
terus dan tidak makan dan minum.
Suatu pagi, jam 03
pagi, saya terbangun dan saya kaget melihatnya duduk di lantai tanpa alas. Saya bertanya kenapa bapak belum tidur?
Dia jawab: “Saya
masih menunggu waktu berbicara dengan DIA. Kau bisa juga di kamar tidur, di
kursi atau di tempat tidur menunggunya, supaya tidak masuk angin.
Lama saya harus
membujuknya, dan saya sempat juga jengkel dan bilang: “Pak, apa memang kalau
mau mengikuti Tuhan itu harus menderita, harus tidak makan dan minum?”
Dia bilang: “Apalah
penderitaan saya in dibandingkan dengan penderitaan Tuhan itu dan Tuhan belum
ada mengatakan pada saya bahwa Dia melepaskan tanggung jawabnya atas diri saya.
Saya masih dibawah tanggung jawabnya, jadi saya tidak perlu takut atau khawatir
akan keadaan saya ini. Bukan karena makanan dan minuman membuat manusia itu
hidup.”
Pada saat itu semua
yang hendak dilakukannya, dia pertanyakan dulu, atau duduk saja di kursi, perlu
buka jendela atau tidak, lampu harus di matikan dsb.
Hal 6
Dan setelah itu dia
memang tertidur enak. Suatu kali sehabis minum kopi, dia tiba-tiba menuju
kamarnya sambil terbungkuk memegang perutnya, dan nampaknya dia kesakitan
sekali, dan langsung tergeletak di tempat tidurnya.
Saya tanya kenapa
bapak? Dia diam saja, tapi di wajahnya saya melihat dia mengalami sesuatu yang
berat, dia pucat dan berkeringat dingin. Saya bilang, apa saya ambilkan minuman
hangat?
Dia hanya menggoyangkan dagunya menyuruh saya pergi. Akhirnya saya
biarkan saja waktu dia tergeletak itu saya lihat tangannya mengurut perutnya.
Seolah oleh mencoba meluruskan sesuatu yang kusut, dengan konsentrasi penuh
seolah mendengar suatu petunjuk. Begitulah memang kurang lebih 30 menit
kemudian dia bisa tiba-tiba berdiri.
Malamnya dia
bercerita, katanya: “Lihatlah si Ros ini, saya sudah sangat kesakitan, tapi dia
hanya tanya ini dan itu. Dia lihat saya tidak bisa bicara lagi menahan
sakitnya. Saya waktu itu sudah sempat kehabisan oksigen.” Jadi dia banyak
mengobati dirinya sendiri dengan keyakinan dan petunjuk dari Tuhannya. Hal ini
jelas saya lihat.
Hal 7
Ada kalanya dia 3-4
hari tidak makan, hanya minum kopi 2 cangkir, tapi bisa berdiri, bisa jalan,
betul-betul tidak masuk akal saya bagaimana itu terjadi.
Pernah kakinya
bengkak, bernanah malah, saya panggil dokter. Dia tak mau menerima obat dokter
itu. Dia bilang ke saya: “Bisa kau jamin dia bisa menyembuhkan kaki saya ini?
Apa kau juga bis menyembuhkan kaki saya ini? Saya tidak berani mengatakan ya. “
Dia bilang: “Hanya
Tuhan yang pasti bisa menyembuhkan ini.”
Benar juga, tanpa
obat-obat itu kakinya kempes dan sembuh sendiri. Akhirnya dokter itu mengatakan
tidak apa2 jika dia tidak mau di obati, karena ada yang bisa sembuh sendiri
dengan keyakinan sendiri.
Kata bapak:
“Sebagai
orang kristen, kita selalu berkata saya percaya Allah. Tapi bagaimana kita
percaya DIA, kalau kita tidak mengenal NYA. Orang susah percaya kepada yang
tidak nyata.
Bagaimana kita bisa mengenal NYA? Kita perlu membaca alkitab.
Disana kita mengenal NYA, mengetahui kesukaan2 Nya. DIA adalah bapak yang baik,
kasih, penolong dan penyelamat manusia.”
Hal 8
“Bapak atau orang tua
kita di dunia ini bisa memberi kita sebagian dari yang kita minta dan butuhkan.
Tapi Allah dapat memenuhi, memberikan segala yang kita perlukan, mewujudkan apa
yang kita cita-cita kan, karena pada NYA ada semua, Allah sumber segalanya.
Tapi kita harus meminta sungguh2 dan penuh yakin.”