R2- Masa sakit

Hal 3

Masa sakit

Dia harus beberapa kali opname. Tapi dalam keadaanya yang menurut orang sarafnya lemah, atau terganggu. Saya lebih banyak melihat bahwa Tuhan melalui keadaanya yang demikian, merencanakan sesuatu melaui dia yang sukar dimengerti orang-orang yang hanya mengenalnya, tetapi tidak dekat mendampinginya.

Seorang pendeta yang pernah datang melihatnya dan berbicara dengan dia, mengatakan jangalah kalian susah. Ke-iman-nan bapak Siahaan ini tidak perlu di sangsi kan. Imannya tetap kuat dan tidak tergoyahkan, hanya sarafnya yang melemah, karena terlalu banyak berpikir sebelum nya.

Dia sangat tabah dalam keadaan bagaimana pun sakitnya kesehatan dia. Dia hampir tidak pernah merintih atau kesal, walaupun kita tahu dia dalam kesakitan sekali. Tapi dia paling hanya bilang oh..

Dia begitu tabah dalam menghadapi penderitaannya dan tetapi memuji Tuhannya.

Hanya dia selalu kesal, karena kita tidak mengizinkannya untuk berkunjung ke gereja-gereja, selain hari minggu. Dia sekali sangat marah dan berkata, bagaimana lah nanti pertanggung jawaban saya sebagai Tuhan, selama saya masih hidup, saya hanya menjalankan tugas saya sebagai pendeta.


HAL 4
Janganlah manusia itu manusia itu menghakimi temannya manusia, karena hanya Tuhanlah yang berhak menghakimi manusia itu.

Suatu waktu dia pernah beberapa hari tidak makan dan minum. Kita yang melihatnya saja sudah lemas. Tapi dia mengatakan itu yang paling penting sekarang, tapi saya perlu berbicara dengan Tuhan, sebab itu biarkanlah saya sendirian dulu. Dalam berbicara seorang diri itu, saya coba untuk mendengarnya. Dia berbicara bersungguh-sungguh?

Sepertinya dia dengan seorang yang paling dekat dan dipercayainya untuk mengaku dirinya. Antara lain saya menduga dia berkata demikian:

“Katakanlah Tuhan kepada kami bagaimana pertimbanganmu terhadap kami. Memang kamu juga berbuat kehendakmu, tapi kami juga berbuat yang KAU tidak kehendaki. Apa yang lebih banyak telah kami perbuat dan katakanlah itu dalam kata-kata atau bahasa yang bisa jelas kami mengerti, atau pun itu dalam bahasa daerah, atau dalam bahasa Indonesia. Supaya kami tidak takut dan berani berdiri tegak di hadapan MU kelak, pada masa penghukuman terakhir nanti. Saya akan tetap memuji nama MU, dan berbuat baik selama saya sadarkan diri.”

Hal 5

Begitulah dia bicara terus dan tidak makan dan minum.

Suatu pagi, jam 03 pagi, saya terbangun dan saya kaget melihatnya duduk di lantai tanpa alas.  Saya bertanya kenapa bapak belum tidur?
Dia jawab: “Saya masih menunggu waktu berbicara dengan DIA. Kau bisa juga di kamar tidur, di kursi atau di tempat tidur menunggunya, supaya tidak masuk angin.

Lama saya harus membujuknya, dan saya sempat juga jengkel dan bilang: “Pak, apa memang kalau mau mengikuti Tuhan itu harus menderita, harus tidak makan dan minum?”

Dia bilang: “Apalah penderitaan saya in dibandingkan dengan penderitaan Tuhan itu dan Tuhan belum ada mengatakan pada saya bahwa Dia melepaskan tanggung jawabnya atas diri saya. Saya masih dibawah tanggung jawabnya, jadi saya tidak perlu takut atau khawatir akan keadaan saya ini. Bukan karena makanan dan minuman membuat manusia itu hidup.”

Pada saat itu semua yang hendak dilakukannya, dia pertanyakan dulu, atau duduk saja di kursi, perlu buka jendela atau tidak, lampu harus di matikan dsb.

Hal 6 

Dan setelah itu dia memang tertidur enak. Suatu kali sehabis minum kopi, dia tiba-tiba menuju kamarnya sambil terbungkuk memegang perutnya, dan nampaknya dia kesakitan sekali, dan langsung tergeletak di tempat tidurnya.

Saya tanya kenapa bapak? Dia diam saja, tapi di wajahnya saya melihat dia mengalami sesuatu yang berat, dia pucat dan berkeringat dingin. Saya bilang, apa saya ambilkan minuman hangat? 

Dia hanya menggoyangkan dagunya menyuruh saya pergi. Akhirnya saya biarkan saja waktu dia tergeletak itu saya lihat tangannya mengurut perutnya. Seolah oleh mencoba meluruskan sesuatu yang kusut, dengan konsentrasi penuh seolah mendengar suatu petunjuk. Begitulah memang kurang lebih 30 menit kemudian dia bisa tiba-tiba berdiri.

Malamnya dia bercerita, katanya: “Lihatlah si Ros ini, saya sudah sangat kesakitan, tapi dia hanya tanya ini dan itu. Dia lihat saya tidak bisa bicara lagi menahan sakitnya. Saya waktu itu sudah sempat kehabisan oksigen.” Jadi dia banyak mengobati dirinya sendiri dengan keyakinan dan petunjuk dari Tuhannya. Hal ini jelas saya lihat.

Hal 7
Ada kalanya dia 3-4 hari tidak makan, hanya minum kopi 2 cangkir, tapi bisa berdiri, bisa jalan, betul-betul tidak masuk akal saya bagaimana itu terjadi.

Pernah kakinya bengkak, bernanah malah, saya panggil dokter. Dia tak mau menerima obat dokter itu. Dia bilang ke saya: “Bisa kau jamin dia bisa menyembuhkan kaki saya ini? Apa kau juga bis menyembuhkan kaki saya ini? Saya tidak berani mengatakan ya. “

Dia bilang: “Hanya Tuhan yang pasti bisa menyembuhkan ini.”

Benar juga, tanpa obat-obat itu kakinya kempes dan sembuh sendiri. Akhirnya dokter itu mengatakan tidak apa2 jika dia tidak mau di obati, karena ada yang bisa sembuh sendiri dengan keyakinan sendiri.

Kata bapak: 
“Sebagai orang kristen, kita selalu berkata saya percaya Allah. Tapi bagaimana kita percaya DIA, kalau kita tidak mengenal NYA. Orang susah percaya kepada yang tidak nyata. 

Bagaimana kita bisa mengenal NYA? Kita perlu membaca alkitab. Disana kita mengenal NYA, mengetahui kesukaan2 Nya. DIA adalah bapak yang baik, kasih, penolong dan penyelamat manusia.”

Hal 8

“Bapak atau orang tua kita di dunia ini bisa memberi kita sebagian dari yang kita minta dan butuhkan. Tapi Allah dapat memenuhi, memberikan segala yang kita perlukan, mewujudkan apa yang kita cita-cita kan, karena pada NYA ada semua, Allah sumber segalanya. Tapi kita harus meminta sungguh2 dan penuh yakin.”