3.2.1 Latar Belakang (KR)


Pada Sinode Godang 1976, ada penyataan Ephorus HKBP, Ds. G.H.M. Siahaan yang mengejutkan peserta Sinode Godang. Ds. G.H.M. Siahaan mengatakan di depan peserta sidang Sinode Godang bahwa ada kemelut, hamaolon, di dalam Majelis Pusat. –

Sesuai dengan Aturan dan Peraturan HKBP, yang memimpin Rapat Majelis Pusat adalah Ephorus HKBP dan Sekretaris adalah Sekretaris Jenderal HKBP. Akan tetapi atas kemelut yang ada itu, Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan mengatakan dengan pasti: -
Ndang hulehon diringku manguluhon Rapot Parhalado Pusat, ia so adong hamubaon huida. ,, -
"Aku tidak bersedia memimpin Rapat Majelis Pusat, bila tidak ada perubahan saya lihat."

Pernyataan ini benar-benar merupakan badai bercampur guntur yang membahana di telinga para peserta Sinode Godang. Memang tidak rahasia lagi pada waktu itu, bahwa ada ketidak harmonisan antara Pucuk Pimpinan HKBP Ds. G.H.M. Siahaan dengan anggota Majelis Pusat HKBP, sehingga keberadaan fungsionaris di tingkat Kantor Pusat HKBP terbelah menjadi dua kubu. –

Ada yang mendukung Ephorus dan ini kubu yang sangat minoritas. Ada yang mendukung Majelis Pusat dan ini kubu yang mayoritas, karena Sekretaris Jenderal HKBP, beberapa Praeses Kepala Biro dan Direktur Departemen mayoritas di dalam kubu ini. –

Namun karena anggota Sinode Godang mayoritas mendukung Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan) maka pada Sinode Godang 1976, menetapkan agar Rapat Majelis ditiadakan sampai sinode berikut. Sinode Godang 1976 itu akhirnya diskors oleh Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan sampai Sinode Godang berikutnya, Januari 1978. –

Sinode Godang Istimewa, tanggal 23-27 Januari 1978 digelar untuk menindak lanjuti penyelesaian kemelut; hamaolon, di dalam tubuh Majelis Pusat HKBP. Ada indikasi kuat bahwa Ds. G.H.M. Siahaan berniat dan berkepentingan untuk menyelesaikan persoalan secara damai demi keutuhan HKBP. –

Niat itu ditunjukkan oleh tema Sinode Godang Istimewa, yang ditetapkan oleh Ds. G.H.M. Siahaan sendiri, yaitu: "Haringgashon ha,nu ma mangaradoti hasadaon ni Tondi pinadomu ni dame" - "Berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera." (Ef 4:3). –

Pemahaman hermeneutis terhadap Ef 4:3, yang di dalamnya terungkap sikap teologis ekklesiologis dari Ds. G.H.M. Siahaan, diungkapkan dalam khotbah pada ibadah pembukaan Sinode Godang tersebut. (10)

Kesatuan roh yang dimaksud adalah kesatuan di dalam Roh Kudus, Roh Allah. Sebab ada banyak roh-roh di dunia ini. Akan tetapi hanya ada satu Roh, yaitu Roh Allah. Hanya melalui dan di dalam Roh Allah yang satu itulah dapat dibangun kesatuan roh yang diikat oleh damai sejahtera.

Akan tetapi dalam percakapan sesi demi sesi ternyata terjadi perkembangan baru. Atas pertanyaan peserta Sinode Godang, mengenai apa sebenarnya kemelut, hamaolon, di dalam tubuh Majelis Pusat, Ds. G H.M. Siahaan memberikan penjelasan metaforik. –

lbarat sebuah mobil, ada dua supir yang mengemudikan. Orang yang akhirnya mengemudikan mobil itu adalah supir yang terkuat. Jadi ada pertarungan antara dua supir tersebut. Atas penjelasan secara metafor tersebut, ada yang memahami bahwa persoalan sebenarnya adalah hubungan Ephorus dengan Majelis Pusat, yang tidak dapat dipersatukan karena persis sama dengan air dan minyak.

----------
10 Lihat hal 299 – 304
-----.

Ada pula yang mengatakan bahwa persoalan sebenarnya adalah dalam hubungan Ephorus dengan Sekretaris Jenderal yang tidak sarongkap, sejodoh.
Ketika seorang peserta Sinode Godang berusaha mencari solusi dan mendorong Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan kembali bersedia memimpin Majelis Pusat, akhirnya Ds. G.H.M. Siahaan menyatakan sikap teologisnya: -

"Ra, mabalgahu dohononhu, na so sada tondi na manggomgomi ahu dohot Parhalado Pusat. - "Mungkin terlalu besar saya katakan, bahwa Roh yang mendiami saya dan Majelis Pusat tidak satu." –

Selanjutnya ditambahkan lagi: -

"Boi do marasing Tondi na manggomgomi manang piga-piga halak" - "Dapat terjadi, Roh berbeda-beda mendiami beberapa orang.'' –

Ungkapan dan pernyatan sikap teologis, yang didasarkan realitas relational antara Ephorus dan Majelis Pusat benar-benar bagaikan sambaran petir di siang bolong.

Betapa terkejut peserta Sinode Godang pada Waktu itu. Ds. G.H.M. Siahaan seolah-olah menyadarkan peserta Sinode Godang bahwa hamaolon yang terjadi tidak sekedar ketidak harmonis hubungan antar pribadi, antar kubu atau antar kelompok. –

Ada bahaya tentunya di dalam tubuh HKBP, karena ada dua Roh yang berbeda yang mendiami dan menguasai para pengambil keputusan di HKBP. Oleh karena itu, pernyataan dan sikap teologis yang diungkapkan Ds. G.H.M. Siahaan itu memang sangat fundamental Dari segi dogmatis, pernyataan teologis Ds. G.H.M. Siahaan itu memang bukan merupakan "status confessionsis ··. tetapi hanya merupakan "statement of faith ". Pernyataan teologis dalam taraf "status confessionis" adalah pernyataan dogmatis yang harus mengucilkan dan menghukum, misalnya e.x-communicated, mereka yang berbeda atau yang melawan pemahaman status confessionis tersebut.

------------.
11 Notulen Sinode Godang lstimewa HKBP. Sipoholon, 23 . -27 Januari 1978. hal. 53-54.
--------.

Sedangkan pemahaman teologis berdasarkan statement of faith, hanya suatu pandangan teologis yang dapat berbeda dengan orang lain, walaupun perbedaan pandangan teologis dapat melahirkan berbagai masalah dalam memelihara kemurnian Injil Kristus. –

Pernyataan teologis Ds. G.H.M. Siahaan itu memang akhirnya mengundang kontroversi. Universitas HKBP Nommensen Medan akhirnya menggelar Seminar "Roh dan Pelayanan dalam Gereja", tanggal 4-8 April 1978. Sekalipun motif penyelenggaraan seminar itu tidak murni dengan tujuan mencari makna teologis. Pelaksanaan seminar itu diduga merupakan upaya melegitimasi sikap para Dosen untuk menentang keputusan Sinode Godang Istimewa dan keputusan D .. G.H.M. Siahaan sebagai Ephorus.-

Namun ungkapan itu memang layak diperdebatkan secara teologis. Kontroversi semakin menajam lagi ketika beberapa Pendeta HKBP yang berdomisili pelayanan di Medan dan sekitamya mengkritik hasil seminar tersebut. Mereka menyatakan sikap teologisnya dengan mendukung dan memahami pernyataan teologis Ds. G.H.M. Siahaan.

Selanjutnya mereka mengkritik hasil Seminar di atas karena merupakan pengkaburan makna teologis. (12) Oleh karena itu sebaiknya diberi pengkajian, sekaligus penjelasan terhadap pemikiran teologis Ds. G.H.M. Siahaan tersebut secara proporsional.  Makna Teologis Kesatuan Roh Sebenarnya ada dua ungkapan yang harus didiskusikan.

Pertama dari tema Sinode Godang Istimewa yang menekankan kesatuan Roh berdasarkan Ef 4:3. Kedua, pernyataan yang mengatakan: "Roh yang mendiami saya dan Majelis Pusat adalah berbeda." Kedua ungkapan ini jelas memiliki makna yang berbeda, walaupun ada saling keterkaitannya.
-----.
12. Baca Para Pendeta HKBP Distrik Medan - Aceh, Hasil Diskusi tentang Gereja,
Organisasi dan Penilaian atas buku Seminar: Roh dan Pelayanan dalam Gereja, Medan,
Juli 1979.
------.

Pada pasca Sinode Godang Istimewa 1978, ungkapan teologis Ds. G.H.M. Siahaan sering disingkat: "Ndang satondi" - "Tidak se-Roh" atau "Tidak berada di dalam Roh yang satu”.

Pada seminar yang diadakan Universitas HKBP Nommensen, 4-8 Juli 1978 itu , ada beberapa teolog sebagai nara sumber. Mereka terdiri dari berbagai disiplin teologi. Topik-topik teologis yang digumuli adalah: "Roh Menurut Perjanjian Baru" dari Dr. Jansen Pardede (Bidang Ilmu Agama), "Roh Menurut Pengertian Alkitab dalam Gereja" dari Prof. Dr.W. Sijabat (Bidang Ilmu Agama), Tondi dalam Pengertian Kebudayaan Batak dan GereJa-gereja Batak" dari Dr. Harry Parkin (Bidang ilmu Agama ), "Peranan Ka um Awam dalam Kepemimpinan Gereja" dari Dr. F.H. Sianipar, Sekjend HKBP (Bidang Systematika) dan "Peranan Kaum Awam di dalam Gereja', dari St. Drs. A.H. Sihombing (Penatua, Anggota Majelis Pusat).

Inti pokok dari semua pembicara selalu menekankan bahwa pernyataan teologis Ds. G.H.M. Siahaan adalah asing bagi Gereja. Sebab di dalam Gereja hanya ada satu Roh, yaitu Roh Kudus. Kalaupun ada pemahaman adanya berbagai Roh, itu adalah pemahaman di luar Gereja, sehingga tidak relevan untuk dikenakan kepada situasi dan I konteks kehidupan Gereja.

Seminar itu akhirnya cenderung menyalahkan pernyataan Ds. G.H.M. Siahaan lentang adanya perbedaan Roh yang mendiami Ds. G.H.M. Siahaan dan yang mendiami anggota Majelis Pusat. Agak aneh memang, sebab semua narasumber apalagi peserta seminar sangat merasa asing terhadap ungkapan Ds. G.H.M. Siahaan yang mengatakan bahwa 'mungkin Roh yang mendiami saya tidak sama dengan yang mendiami mereka. ·

Dalam polemik mengenai kehadiran Kristus di dalam Perjamuan Kudus, antara Martin Luther dengan Zwingli, ungkapan seperti itu sudah dikatakan oleh Martin Luther terhadap Zwingli. Martin Luther memahami bahwa di dalam Perjamuan Kudus Yesus Kristus benar-benar hadir. Roti dan anggur memang tetap sebagai  roti dan anggur, tidak ada peRohahan zat unsur-unsurnya. Akan tetapi berdasarkan ucapan Yesus yang mengatakan: Inilah tubuhKu ...

Inilah darahKu maka Kristus hadir di dalam dan melalui roti dan anggur pada saat Perjamuan Kudus dilayankan. Sementara Zwingli memahaminya dengan berbeda. Zwingli memahami bahwa roti dan anggur adalah simbol atau pertanda tubuh dan darah Kristus. Kristus sendiri sudah berada 'duduk di sebelah kanan Allah Bapa 'pada saat Perjamuan Kudus dilayankan.

Polemik antara Martin Luther dengan Zwingli mengenai kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus sangat tajam. Martin Luther akhirnya sampai kepada pernyataan imannya, dengan mengatakan: "You have another Spirit than we have! " (13) - "Kamu memiliki roh yang berbeda dengan yang kami miliki." Pernyataan Luther itu ditujukan langsung kepada Zwingli clan para pengikutnya.

Begitu kuatnya pendirian Luther atas keyakinan teologisnya, yang dijelaskan berdasarkan Firman Tuhan - yang tidak mungkin dijelaskan di sini - sehingga Luther sampai kepada kesimpulan: "I testify on my part that I regard Zwingli as un-Christian, with all his teaching, for he holds and teaches no part of the Christian faith rightly. " - "Saya bersaksi sesuai dengan pendapat saya bahwa saya menganggap Zwingli bukan Kristen dengan semua ajarannya, karena ia tidak memahami dan mengajarkan iman Kristen secara benar." (14) "You have another spirit than we have!" - bila diterjemahkan dengan sedikit bebas dapat juga berarti: 'Roh yang mendiami kamu berbeda dengan yang mendiami kami." –

Atau, kalau dihubungkan dengan pernyataan Ds. G.H.M. Siahaan, ungkapan Luther itu dapat juga berarti: "Roh yang mendiami saya tidak sama dengan roh yang mendiami kamu." Bahasa Batak berarti: "Ndang sarupa Tondi na manggomgom i au dohot tondi na manggomgomi hamu. " Namun demikian, perlu diketahui,

---
11 Paul Althaus, The Theology of Marlin Luther (Pbiladelphia: Fotress Press, 1981) p. 397.
14 Timothy F. Lull, Martin Luther s Works - Basic Theological Writings (Minneapolis:
Fortress Press, 1989 p 400.
--
sejauh mana ungkapan Martin Luther ini mempengaruhi Ds. G.H.M. Siahaan, sehingga ia mengatakan bahwa Roh yang mendiaminya tidak sama dengan roh yang mendiami Majelis Pusat? –

Adakah hubungan makna teologis antara pernyataan Martin Luther dengan pernyataan Ds. G.H.M. Siahaan? Adakah menyamakan  kelompok Majelis Pusat pada waktu itu sudah merupakan 'un-Christian with all his teaching, for he holds and teaches no part of the 1 Christian faith rightly?

Tentu kita tidak perlu mengada-ada mencari hubungan itu. Namun yang jelas, nampaknya pemahaman kesatuan Roh sudah lama dihayati Ds. G.H.M. Siahaan, setidaknya melalui pemahaman hermeneutis Efesus 4:3. Kesaksian dan penjelasannya pada tahun 1965, dalam Sidang Raya DGI ke V, di Jakarta, untuk memahami I bentuk keesaan Gereja-gereja di Indonesia adalah bukti bahwa "kesatuan Roh" sudah lama dihayatinya. Dengan demikian ungkapan Ds. G.H.M. Siahaan tentang kesatuan Roh sudah pasti merupakan penghayatan yang sangat kuat di dalam hidupnya. Penghayatan iman tentang kesatuan Roh itu pulalah yang diharapkannya dapat menyelesaikan segala bentuk kemelut, hamaolon, ketika ia menetapkan sendiri tema Sinode Godang Istimewa 1978 dengan nats yang sama, yaitu Ef 4:3 . I ·

Penetapan tema Sinode Godang Istimewa 2-27 Januari 1978 yang diambil berdasarkan Ef 4:3, tentu harus menjadi pertimbangan pokok pula. Sesuai dengan kondisi dan situasi pada waktu itu, Pdt.  Ds.G.H.M. -Siahaan sendirilah yang menetapkan tema tersebut.

Dengan demikian, apa yang diucapkannya tentang kesatuan Roh adalah hasil pergumulannya sendiri. Setidaknya, ungkapan itu tidak tiba-tiba diucapkan atau tidak asal diucapkan. melainkan sudah merupakan suatu penghayatan praksis teologis. Dengan demikian Ds. G.H.M. Siahaan penuh keyakinan untuk mengatakan bahwa roh yang mendiaminya tidak sama dengan roh yang mendiami anggota Majelis Pusat HKBP.

Dalam diskusi tentang "Roh dan PeIayanan dalam Gereja" . . . .  pada seminar bulan April 1978 itu, salah satu pertanyaan adalah : Apakah Roh itu terdiri dari berbagai jenis? Bukankah Roh hanya satu, yaitu Roh Allah? Bagaimana Roh bekerja di dalam Gereja, atau di dalam hidup para pelayan Gereja? –

Sayangnya, tidak ada seorangpun dari nara sumber yang merujuk kepada polemik Martin Luther dan Zwingli itu sebagai suatu pendekatan mengenai apa yang dimaksud oleh Ds. G.H.M. Siahaan tentang ungkapannya itu. –

Tidak tahu pasti, apakah karena mereka tidak tahu tentang polemik itu atau pura-pura tidak tahu. Andaikan diskusi pada seminar yang disebut di atas dihubungkan dengan ungkapan Martin Luther, tentu diskusi pada seminar itu akan sangat teologis, karena pembahasan difokuskan kepada makna teologis bukan kepada subjek, pribadi dari orang yang mengungkapkan pernyataan teologis tersebut. –

Seorang yang belajar teologi Martin Luther seharusnya tidak mungkin lupa tentang adanya polemik Martin Luther dan Zwingli yang sampai kepada tuduhan dan gugatan terhadap roh yang berbeda di antara mereka. –

Akan tetapi karena diskusi itu tidak ada yang mengkaitkan ke sana, maka pembahasan tentang Roh dan Pelayanan dalam Gereja akhirnya kurang membahas makna teologisnya. Ada dua kecenderungan di dalam seminar tentang Roh tersebut. –

Pertama, ungkapan teologis tersebut tendensius untuk mendiskreditkan Ds. G.H.M. Siahaan sebagai pemecah-belah persekutuan di satu pihak. Kedua, seminar tersebut diupayakan sebagai legitimasi ilmiah dan akademis atas sikap perlawanan terhadap kepemimpinan Ds. G.H.M. Siahaan. –

Semua nara sumber dan juga dalam sidang pleno akhirnya justru menganggap ungkapan Ds. G.H.M. Siahaan itu seolah-olah asing dalam diskusi teologi dan kehidupan Gereja, sehingga berdasarkan ungkapan tersebut Ds. G.H.M. Siahaan dianggap mempw1yai perrIahaman yang sangat berbahaya di dalam kehidupan Gereja dan ajaran kekristenan.

Pertanyaan pada seminar yang disebut di atas tentu dapat dijawab dengan tegas: Hanya ada satu Roh, yang hidup dan bekerja di dalam Gereja dan Kerajaan Allah, yaitu Roh Allah. Akan tetapi  ada banyak roh di dunia ini, yang bukan hanya sekedar semangat, jiwa atau spirit, tetapi benar-benar mempunyai jati diri dan hakekat. (15) Oleh karena itu, ketika rasul Paulus menasehati jemaat Efesus supaya 'berusaha memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera maksudnya adalah supaya jemaat hidup dalam bimbingan Roh yang satu, yaitu Roh .Allah, Roh Kudus, dan dengan demikian orang-orang yang percaya tetap setia dan hidup di dalam Kristus.

Dalam khotbah Ds. G.H.M. Siahaan, arti dan makna 'memelihara kesatuan Roh 'itu dijelaskan dengan hidup di dalam kuasa dan bimbingan Roh Allah.' (16) Hal yang sama juga diungkapkan di dalam Tona Sinode Godang Istimewa - Pesan Sinodc Godang Istimewa 23 - 27 Januari 1978, yang antara lain mengatakan: "Siala i hujouhon huhut hupangido hami ma nang tu sude ruas ni Huria i. asa di bagasan unduk ni roha hita sude manghangoluhon panogunoguon ni Ton.di Porbadia i na patauhon hita mangaradoti hasadaon ni Huria i pinadomu ni dame. " - "Oleh karena kami serukan dan memohon kepada semua warga jemaat, agar kita di dalam kerendahan hati menghayati bimbingan Roh Kudus yang melayakkan kita dapat memelihara kesatuan Gereja yang diik.at oleh damai sejahtera." (17)
Dengan demikian, makna ungkapan "kesatuan Roh·· bukanlah suatu pemahaman melalui paradigma adanya berbagai roh yang berbeda-beda. Inti pokok yang hendak dipahami bukanlah mengenai berapa Roh, melainkan bagaimana agar dapat hidup di dalam Roh Allah, Roh Kudus. –

Anjuran etis yang diketengahkan Paulus adalah agar hidup rendah hati, setia, dan tunduk kepada bimbingan 15 Lihat pembahasan Dr. Rohinson Rajagukguk. "Ta Stoncheia 10n kosmou and the Life with Christ" - An Exegetical Study of Colossians2 :6 - 3:4. Th. f) Dissertation. Lutheran School of Theology at Chicago. 1991. Disertasi ini membahas pemahaman rasul Paulus tentang roh--roh dunia dalam konsep hellenistis dan pengaruhnya terhadap kesetiaan hidup di dalam Kristus. Pada waktu seminar tentang Roh dan Pelayanan dalam Gereja diadakan, 4-8 April 1978, Rohinson Rajagukguk adalah sebagai Sekretaris Pelaksana Panitia.
------------
16 Selengkapnya naskah khotbah itu dapat dibaca pada halaman berikut.
17 Tona ni Sinode Godang Jstimewa, 23 -27 Januari 1978. sebagaimana dimuat dalam
Immanuel, bulan Februari 1978, hal. 82-83.
-----.

Roh Kudus. Pemahaman yang sama dapat dilihat dalam penjelasan Martin Luther j 1ga. Roh yang dimiliki Zwingli dipahami berbeda dengan Roh yang mendiami Martin Luther, karena Luther setia kepada Firman Tuhan yang memperkenalkan kehadiran Allah di dal_am hidup manusia dengan berbagai cara, misalnya melalui api, melalui pelangi, melalui awan dan lain-lain. –

Terakhir, kehadiran Allah itu dinyatakan di dalam Perjamuan Kudus yang bermakna Yesus tersalib, mati dan bangkit untuk keselamatan manusia. Sementara Zwingli dipahami lebih setia kepada akal pemikirannya sendiri. Dengan dasar pemikiran rasional itulah ia beranggapan bahwa kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus hanya sebagai simbol saja. Roti dan anggur hanya sebagai tanda saja.

Dengan demikian, pemahaman Ds. G.H.M. Siahaan tentang ungkapan yang mengatakan 'roh yang mendiaminya berbeda dengan roh yang mendiami Majelis Pusat' harus ditempatkan secara proporsional, yaitu bukan hendak mempercakapkan berbagai jenis roh, atau tentang sifat dan keberadaan roh, tetapi hendak mengungkapkan sikap dan respon terhadap Roh Kudus yang satu itu.-

 Artinya persoalan yang hendak diungkapkan oleh Ds. G.H.M. Siahaan adalah kesetiaannya terhadap Roh Kudus, sedangkan kesetiaan Majelis Pusat HKBP, sesuai dengan ungkapannya tersebut, adalah terhadap roh yang lain. Pemahaman itu akan semakin jelas kemudian, apabila dihubungkan lagi dengan tema Sinode Godang regular. 28 Oktober - 4 Nopember 1978, yaitu: "Kami akan beribadah kepada Tuhan" - ''lngkon Jahowa do oloannami" (Josua 24: 1 Sb). Tema ini juga ditentukan sendiri oleh Ds. G.H.M. Siahaan. Tujuan tema Sinode Godang itu sudah jelas, agar peserta Sinode Godang setia hanya kepada Allah saja, dan bukan kepada Allah lain. Kedua Sinode Godang tahun 1978 itu merupakan rangkaian refleksi teologis, untuk selalu setia dan taat kepada Tuhan saja. ·
--
ix Martin Luther mengatakan: ''But faith understands that" theses matters 'in' is equivalent to ·above. · beneath ·. 'through and thorugh 'and 'everywhere' - lihat, Timothy ~Lull,
op-dt. p. 399.