Salah satu yang
paling dibanggakan dari kepemimpinan Ds.G.H.M. Siahaan adalah bahwa
pelayanannya jauh dari motif memperoleh uang.
Hal itu dapat dilihat dalam
setiap perjalanan dinas yang dilakukannya. Sesuai dengan Peraturan Keuangan
HKBP, setiap perjalanan dinas selalu ditanggung dan dibebankan kepada. kas
keuangan Kantor Pusat HKBP, yang meliputi transport, penginapan, uang harian
dan uang makan. Akan tetapi apabila jemaat atau lembaga yang mengundangnya
memberikan uang transport, maka Ds. G.H.M. Siahaan selalu mengembalikan biaya
pembelian ticket pesawat Medan-Jakarta atau ke kota lainnya., yang sebelumnya
didahulukan Bendahara Pusat HKBP.
Demikian juga uang penginapan, uang harian
dan uang makan, tidak diambilnya lagi karena merasa sudah lebih dari cukup apa
yang diberikan jemaat tersebut.
Biasanya, Sekretaris
Khusus Ephorus selalu melakukan perkiraan dan menjumlah uang perjalanan dinas
Ephorus pada setiap awal bulan. Perjalanan dinas dapat mencapai 20 hari
perbulan. Hal itu menunjukkan begitu padatnya jadwal perkunjungan yang
dilakukan oleh seorang Ephorus kejemaat-jemaat dan urusan lainnya. –
Namun ketika
Sekretaris Khusus menemui Ephorus untuk menandatangani pengambilan biaya
perjalanan dinas selama 20 hari tersebut, biasanya Ompu i akan mengatakan:
"Ah, terlalu banyak ini. Cukup 10 hari saja." Dengan demikian, pada
kenyataannya perjalanan dinas 20 hari, tetapi biaya yang diambilnya hanya untuk
10 hari. –
Dalam suatu kunjungan
Ephorus ke HKBP Pekan Baru, Riau, Ds. G.H.M. Siahaan dan rombongan menginap di
sebuah hotel' sederhana di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Adalah kebiasaan Ompu
i untuk selalu lebih dahulu membayar semua rekening hotel dan makanan. Ketika
Sekretaris Khusus meminta dari Ompu i rekening pembayaran kamar hotel dan
makanan selama menginap. di hotel, agar dapat nanti ditukarkan Kepada Bendahara
Pusat HKBP di Tarutung, Ompu i tidak bersedia memberikannya. -
Pada hal sebenarnya
hal itu adalah masuk kepada biaya perjalanan dinas. Akan tetapi Ompu i selalu
berprinsip bahwa tidak baik terus membebankan semua biaya perjalanan kepada kas
Kantor Pusat. Jadi pengeluaran tersebut adalah atas biayanya sendiri. –
Ompu i seolah-olah
tidak mempersoalkan apakah harus Bendahara Pusat yang membayar atau tidak, yang
penting apabila Ompu i merasa memiliki uang yang cukup, ia akan rela
mengeluarkan uangnya sendiri, agar tidak terlalu banyak pengeluaran dari Kantor
Pusat HKBP.
Pada hari minggu,
tanggal 30 Oktober 1972, Distrik Tanah Alas diresmikan di Kutacane, Aceh
Tenggara. Bersamaan dengan peresmian Distrik baru itu, diadakan juga
"pesta sarune ". Pelaksanaan kedua kegiatan besar tersebut ditegor
oleh Pemda Provinsi Daerah Istimewa Aceh, karena tidak ada· pemberitahuan
sebelumnya. Praeses Distrik Medan Aceh, Pdt. L.J. Napitupulu, mungkin lupa
untuk mengurusnya. Atau mungkin juga lupa bahwa Aceh Tenggara berada di luar
Sumatera Utara. –
Peristiwa itu sempat
menimbulkan kekhawatiran, karena menurut kebiasaan, kegiatan tersebut
seharusnya memperoleh izin dari pemerintah setempat. Pdt. L.J. Napitupulu juga
merasa bersalah, bahkan malu atas keteledoran tersebut, apalagi yang memimpin
peresmian Distrik tersebut adalah Sekretaris Jenderal HKBP, Ds. G.H.M. Siahaan.
Namun atas ketenangan Ds. G.H.M. Siahaan, semua acara demi acara dapat berjalan
lancar dan baik. Ds.G.H.M. Siahaan dalam khotbahnya pada peresmian Distrik
Tanah Alas ketika itu, mengatakan: "seorang pekabar Injil, haruslah melakukan
apa yang dikhotbahkannya sedapat mungkin, dan sedalam mungkin." Khotbah
itu disampaikan secara lembut, dengan bahasayang datar saja, tetapi kalimat
demi kalimat sangat jelas dan konkrit:
Ketika Ds. G.H.M.
Siahaan hendak kembali pulang ke Tarutung, Praeses HKBP, Pdt. L.J. Napitupulu
menyodorkan kwitansi biaya pengeluaran selama perjalanan dinas ke
Kotacane-Aceh, dengan maksud agar Ds. G.H.M. Siahaan menukarkan kembali ke
Bendahara Pusat di Kantor Pusat HKBP. Ds.G.H.M Siahaan memperhatikan satu persatu
bon pengeluaran tersebut. –
Rupanya, dari antara
bon itu ada pengeluaran yang memang sudah dibayar seorang Parhalado Distrik
dari uang pribadinya. Ds. G.H.M. Siahaan, berkata seolah-olah menegor Praeses:
"Amang Praeses, yang ini tadi kan sudah dibayar oleh teman kita. Jadi,
tidak usah lagi dicantumkan kepada beban kantor Pusat. Pengeluaran yang lain
saja dituliskan, kalau masih ada". –
Kemudian, Praeses
menarik kembali "Bill-Bond''- bukti pengeluaran -yang dimaksud, barulah
setelah jelas, Ds.G.H.M. berkemas untuk berangkat ke Tarutung. Peristiwa
tersebut merupakan salah satu bukti bahwa Ds. G.H.M. Siahaan sangat hati-hati
dalam hal pengeluaran keuangan. –
Segala uang masuk
atau uang keluar yang tidak pada tempatnya selalu dianggap sebagai awal kecenderungan.
tindakan manipulasi di bidang keuangan. Oleh karena itu, sejak awal sudah
kelihatan sikap Ds. G.H.M. Siahaan yang bersih dari masalah keuangan. –
Suatu ketika Ompu i
Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan mengikuti acara pemakaman Amanguda nya, Simon
Napitupulu, Amangboru nya Ompung Boru, tahun 1970 di Tampahan, Balige. Beliau
menghadiri pesta tersebut dengan memakai mobil dinas. Seperti yang sering
terjadi, apabila Ompu i Ephorus pergi dengan mobil dinas maka SPJ - Surat
Perintah Jalan- tersebut harus dikeluarkan dari Kantor Pusat.
Akan tetapi
ketika tiba di Tarutung, ia meminta kepada Bendahara Pusat, St. P. Sirait, agar
pengeluaran ke Tampahan tersebut, termasuk bensin dan uang harian supir, tidak
dikeluarkan dari Bendahara Pusat, sebab Ephorus akan membayar dan
menggantikannya.
Pada hari Minggu. 5
Mei 1985, Ompu i Ds.G.H.M. Siahaan secara mendadak. berkunjung ke HKBP
Cengkareng. Atas permohonan Pdt. T.P. Nababan STh, Pendeta HKBP Cengkareng pada
waktu itu, Ompu i bersedia untuk berkhotbah sekaligus membaptis. Betapa
senangnya warga jemaat ketika itu, melihat kedatangan Ompu i mengunjungi HKBP
Cengkareng, yang sedang giat melakukan pembangunan Gerejanya. –
Ketika selesai ibadah
Minggu, satu persatu warga jemaat datang menyalam Ompu i. Kemudian dengan rasa
syukur; Bendahara Huria, disusul kemudian Bendahara Pembangunan dan Orangtua
anak yang dibaptis memberikan ucapan syukumya kepada Ompu i.
Namun Ompu i agak
terkejut dan berkata: "Wah apa ini, kenapa begini banyak?" Seorang
anggota Panita Pembangunan menjawab: "Itu hanya sekedar ·pengganti uang
ticket Ompung! ", yang lain meugatakan: "Itu ucapan syukur kami
Ompung! Itu bukan dari uang kas pembangunan". –
Kemudian Ompu i
mengatakan: "Baiklah, tetapi tidak sebanyak ini! Biarlah, saya anggap
sudah menerimanya. Terimakasih, tetapi sebaiknya diserahkan saja kepada
Bendahara Pembangunan Gereja ini." –
Uang di amplop itupun
diserahkan kembali kepada Bendahara Pembangunan tersebut. Memang mengherankan
dan luar biasa, mungkin karena Ds. G.H.M. Siahaan melihat HKBP Cengkareng
sedang membangun, sehingga ia tidak sampai hati menerima uang sebanyak itu,
lalu menyerahkannya untuk pembangunan Gereja. –
Suatu pagi, Ompu i
Ephorus bersiap-siap berangkat ke Medan. Kemudian Ompung Boru memberikan uang
sebanyak Rp. 50.000, sebagai bekal di perjalanan. Menurut Ompung Boru, uang
tidak ada lagi di dompet Ds. G.H .. M. Siahaan. Tetapi Ompu i menolak dan
mengatakan tidak membutuhkan uang itu.
Kemudian Ompung Boru
menyodorkan uang itu lagi, dan mengatakan hanya persiapan untuk kebutuhan di
jalan. Lalu Ds. G.H.M. Siahaan berkata dengan agak membentak, "Ai na so
porsea do ho dipanariho~on ni Debata tu ahu?" - Apakah kau tidak yakin, Tuhan
yang mempersiapkan kebutuhanku? –
Ompu i Ephorus Ds.
G.H.M. Siahaan tidak pernah membiarkan Sekretaris Khusus membayar makanan
mereka, walaupun beliau mengetahui bahwa Sekretaris Khusus mengantongi uang
sebagai persiapan perjalanan dinas.
Pernah juga terjadi
penolakan Ds.G.H.M. Siahaan terhadap pemberian yang tidak pada tempatnya.
Ketika itu, hari Rabu tanggal 24 Juni I 981. Panitia Jubileum 25 tahun
kependetaan Ds. P.M. Sihombing, Sekjend HKBP mempersiapkan dua kalung emas yang
lumayan besar. –
Maksudnya, kalung itu
akan diberikan atau diserahkan satu sebagai kenangan Jubileum kepada Jubilaris
dan satu lagi kepada Ompu i. Alasan Panitia memberikan kalung itu kepada
Ephorus adalah sebagai tanda syukur HKBP kepada Tuhan atas situasi HKBP yang
semakin baik. –
Tetapi Ompu i dengan
tegas menolak kalung emas yang dipersiapkan Panitia Jubileum 25 tahun
kependetaan Sekjend, Ds.P. M. Sihombing. Ds. G.H.M. Siahaan berkata.
"Amanta Sekjend dona mar-Jubileum. hapanditaon, ndang dohot ahu manjalo
mas disi - "Amang Sekjen yang berjubileum kependetaan, saya tidak perlu
ikut menerima hadiah pemberian."
Dalam kunjungan memimpin Pesta di Jemaat
Ompu i tidak pernah bersungut-sungut apabila tidak menerima sesuatu, uang atau
bingkisan lainnya. –
Bukan seperti orang
lain, yang mengharap diberi kenang-kenangan, cendramata, dan amp lop yang
berisi sejumlah uang seusai pelaksanaan pesta gereja. Ompu i selalu ikut serta
dalam lelang pengumpulan dana yang dilakukan Panitia. Dengan demikian mereka
lebih bersemangat. dalam melaksanakan pesta untuk menyumbang pembangunan
gereja.
Penampilan dan
pembawaan Ompu i selalu sederhana. Berpakaian stelan jas bersih, rapi dan
elegan selalu berpakaian stelan jas, sekalipun bukan karena ia memiliki banyak
stelan jas. Postur tubuhnya tergolong tinggi, berperawakan gagah, membuat
setiap penampilannya selalu berwibawa. Kesederhanaannya berpakaian sudah
dimulai sejak masih Pendeta muda.
Gaya penampilan Ephorus Ds.GHM Siahaan selalu
berpakaian rapi, dengan sisiran ram but dibelah dua kebelakang. Ia selalu berpakaian
resmi pada jam-jam kantor buka, baik di rumah maupun di kantor, dalam
rapat-rapat Pucuk Pimpinan atau di dalam perjalanan. Penampilan yang rapi dan
bersih tersebut sudah terbiasa sejak Ompu i masih mahasiswa di HTS Jakarta. –
Baginya berpakaian
yang bersih, rapi dan necis bukanlah sekedar penampilan gaya, tetapi adalah
sebagai cermin kepribadian, keteladanan sikap, perilaku, wibawa dan
kesederhanaan. Suatu hari, pernah Ompung Boru bercerita. –
Pada tahun 1945 di
Ressort Sibolga, Ds. G.H.M. Siahaan kebilangan pakaian satu stel jas dari
jemuran. Ompung Boru bingung dan kesal bahkan ada rasa takut terhadap Ds.
G.H.M. Siahaan, suaminya, atas kebilangan itu. Sebagai seorang ibu rumah tangga
ia merasa bertanggung jawab dengan urusan pakaian. Ompung Boru melaporkan juga
bahwa satu stel jas bilang dari jemuran.
Apalagi Ompung Boru pula yang
menjemurkan pakaian yang bilang itu. Ompung Boru merasa lega, sebab ketika
dilaporkan kepada Ds. G.H.M. Siahaan berita kebilangan tersebut, ternyata, ia
tidak marah. Malah dengan ringan-ringan saja ditanggapinya: "Ndang poa
boha i, na ringkot do i nuaeng di ibana umbahen na dibuat"- "Tidak
apa-apa, mungkin ada gunanya bagi orang yang mengambil jas tersebut."
Satu minggu kemudian,
jas yang bilang itu kembali ada di jemuran, persis tergantung ditempatnya
semula. Dengan agak heran, Ompung Boru menghampiri jemuran kain itu. Ia sempat
ragu apakah jas itu milik orang lain atau milik Ds. G.H.M. Siahaan. Setelah
memperhatikan dengan seksama barulah dapat dipastikan bahwa jas tersebut adalah
milik Ds. G.H.M. Siahaan, yang bilang itu. –
Tetapi mengapa
dikembalikan? Dan siapa yang mengembalikannya? Ompung Boru bergegas membawa jas
itu ke rumah. Ia memberitahukan Ds. G.H.M. Siahaan bahwa jas yang bilang sudah
kembali. –
Satu bulan kemudian,
teka-teki atas kembalinya jas itu terjawab. Sebab pada suatu hari, ada orang
yang tidak dikenal mengirimkan satu stel jas yang baru persis sama ukuran jas
yang dipakai Ephorus. Rupanya yang mengambil jas Ds. G.H.M. Siahaan itu adalah
seorang warga jemaat, yang tidak perlu diketahui siapa nama dan orangnya. –
Jas itu diambil untuk
dibawa ke taylor, sebagai ukuran jas baru. buat Ds. G.H.M. Siahaan. Hal ini
dilakukan secara tulus, memberikan sesuatu sebagai pemberian tanpa perlu
diketahui orang lain. –
Waktu beliau menjadi
Dosen di Fakultas Theologia di Pematangsiantar tahun 1955, kendaraannya adalah
sepeda. Semua keluarga mengetahui itu, Juga para adiknya. –
Adiknya OB. Siahaan
(mantan Dirut PTP III) bermaksud untuk membeli sepeda motor untuk dia pakai,
kemudian mereka menawarkannya. Tetapi Ompu i menjawab: "Tidak perlu itu
dan tidak ada uang untuk membeli itu. Sepeda saja sudah cukup. Dengan bersepeda
kita sekaligus telah berolah raga". –
Walaupun demikian
jawaban dari Ds. G.H.M. Siahaan, mereka tokh membeli sepeda motor itu juga.
Itulah transport beliau kalau mau mengajar ke Fakultas Theologia. Hidup Ds.
G.H.M. Siahaan memang sangat sederhana. Nampaknya ia tidak begitu memikirkan
keperluan hidup sehari-hari. Keperluan hidupnya hanya yang biasa-biasa saja.
Jangankan mobil sepeda motor saja dia tidak punya.
Akan tetapi Ds. G.H.M.
Siahaan merasa dan memahami keadaannya sudah lebih dari cukup. Ia sangat senang
dengan memakai dan menikmati apa yang dimilikinya sendiri. Suatu ketika para
staff Kantor Pusat HKBP berkunjung pagipagi sekali ke rumah Ephorus, sebelum
kebaktian pagi dimulai.
Tujuannya adalah
untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Ompu i, yang pada hari itu tepat
hari ulang tahunnya. Para pegawai perempuan hanya membawa sekuntum bunga segar
dan setelah berada di depan pintu, semua pegawai dan staff menyanyikan Happy
Birthday to you ". Tidak ada acara khusus, cukup sederhana, min um kopi
atau teh. –
Akan tetapi Ompu i
sangat senang dan berbahagia menerima kedatangan pegawai dan staff Kantor Pusat
itu. Atas kesederhanaan perayaan itu, Ompu i memberikan nasehat berdasarkan
firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab, Lukas 12: 15, "Berjaga-jagalah
dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun hidup seseorang
berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak lah tergantung dari pada kekayaannya
itu".
Memang, biasanya
dalam kehidupan ini, mereka yang terlalu mengkonsentrasikan diri kepada
kelimpahan harta duniawi untuk dirinya sendiri, cenderung menjadi sombong, dan
akhirnya hanya mengejar prestasi dan prestise sebagai tujuan hidupnya. Mereka
tidak pernah berpikir bahwa di balik kehidupan ini ada dunia lain yang akan
dihadapi. –
Untuk itu perlu
persiapan, mempersiapkan untuk memperoleh kehidupan yang akan datang. Sebab
jika tidak, hari-hari yang akan datang itu dapat menjadi hari-hari yang
mengerikan, yang penuh hukuman, penderitaan dan kesengsaraan. Ompu. i Ephorus
Ds. G.H.M. Siahaan meIanjutkannya lagi, dengan mengutip ayat yang tertulis
dalam Matius 16: 26, "Apalah gunanya seorang memperoleh seluruh dunia
tetapi kebilangan nyawanya?" –
Melalui ayat itu kita
diingatkan, kata Ompu i, tentang kehidupan dan pengalaman Napoleon Bonaparte.·
Napoleon itu, sebenarnya pernah hidup dengan sederhana. Akan tetapi sesuai
dengan perkembangan jabatan yang dimilikinya, secara lambat laun, ia pun
menjadi orang yang paling berkuasa di dunia. Semua itu dapat diperoleh dengan
bakat dan ambisi yang hebat, bersama dengan kelicikannya dan sifatnya yang sangat
egois. –
Akan tetapi
sebagaimana diketahui dari sejarah hidupnya, semuanya tidak ada manfaatnya bagi
Napoleon. Sekalipun ia memperoleh kuasa dan harta seluruh dunia, tetapi
akhirnya ia kebilangan semua yang pernah dimilikinya. Sebab pada akhirnya, ia harus
mati demi mempertahankan kekuasaan dan harta benda yang dimilikinya. Ironis
sekali.
Sebab ia hidup tanpa kebenaran dan tanpa persekutuan dengan Tuhan.
Prinsip hidup yang dianut Ompu i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan adalah dengan lebih
mementingkan kehidupan yang rohani dari pada kehidupan yang duniawi. Hal itu
nampaknya tidak boleh. ditawar-tawar. Beliau konsisten menjauhi pola hidup yang
materialis" dalam kehidupan pribadinya dan keluarganya. Hal itu dibuktikan
dalam sikap dan perilakunya di dalam keluarga, masyarakat dan pada waktu
memimpin HKBP.
Seorang hamba Tuhan,
seharusnya tidak risau dan khawatir akan kebutuhan hidupnya, karena ia tokh
bekerja di ladangNya. Ompu i Ephorus menekankan, Tuhan itu penuh kasih. Itu
harus diyakini. Kalau tidak bagaimana k ita dapat melakukan pekerjaan untuk
Tuhan dengan baik?
Katanya, Ompu i Ephorus pernah mengatakan kepada Ompung
Boru, begini: ''Kita sudah dapat makan. Ada balanjo- gaji- secukupnya dari
HKBP; perlengkapan yang penting juga tersedia dengan baik. Apakah kita hidup
dalam kemewahan baru dapat dikatakan benarbenar hidup? Apakah kita harus hidup
mewah dulu, baru kemudian memperoleh kehidupan yang sejahtera? Saya kira tidak,
bukan?" Memang, kita boleh mengerti sikap Ompu i Ephorus Ds. G.H.M.
Siahaan yang tidak mau mencari Atau mengumpulkan "harta duniawi". –
Karena perilaku
seperti itu tidak cocok bagi seorang pelayan gereja seperti Pendeta, Gum
Jemaat., Byblevrou·vv, Diakones. Oleh karena itu, Ompu i selalu menekankan
bahwa kehidupan seorang pelayan gereja harus hidup sederhana. tidak
berkekurangan dan tidak berkelebihan.
Makanan khas dan yang digemari Ompu i
Ephorus adalah nasi dengan sayur daun ubi yang ditumbuk, lalu kalau ada ikan
teri atau ikan as in yang disambal dengan sambal cabe campur andaliman, itu sudah
sangat memuaskan. Ja tidak akan bisa makan bila dengan nasi yang dingin. ''Sai
hira na amporotan do iba ", - "Seperti tenggorakan tersesak",
katanya suatu ketika. Ia baru dapat makan bila nasinya masih panas. Oleh karena
itu, kalau berada di dalam suatu perjalanan, ia tidak begitu memilih-milih
tempat makan, restoran atau kedai nasi biasa. Pokoknya, restoran atau kedai
nasi itu bersih, itu saja. Hal itu menunjukkan kesederhanaan Ds. G.H.M. Siahaan
dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila Ds. G.H.M.
Siahaan menerima suatu pemberian, baik . barang atau uang kontan, dengan
sebutan untuk Ompu i Ephorus HKBP, maka barang atau uang tersebut akan
diserahkan kepada Bendahara Pusat HKBP. Akan tetapi bila dikatakan kepada
Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan, maka itu dipahami untuk dia secara pribadi. –
Banyak Jemaat,
Majelis Gereja bahkan Pendeta HKBP yang tidak mengetahui hal tersebut. Ketika
selesai acara pesta, misalnya, Panitia yang didampingi Pendeta Ressort
memberikan ucapan syukur kepada · Ompu i. Maksudnya sebenarnya adalah untuk
pribadi Ds. G.H.M. Siahaan, tetapi ketika menyampaikannya dikatakan kepada
Ephorus HKBP, maka apa yang diberikan itu akan disetor ke Bendahara Pusat HKBP.
Demikian juga bila ketika memberikan sejumlah uang sebagai ucapan syukur atas
kunjungan Ds. G.H.M. Siahaan, tetapi bi)a ketika menyampaikannya dikatakan,
misalnya, sebagai pengganti biaya transport Ompu i, maka uang tersebut pasti
disetor ke Bendahara Pusat HKBP. Sebagai seorang staff, Sekretaris Khusus
Ephorus, hal itu sebenarnya pernah dibicarakan. Bahwa uang, Atau ucapan syukur
yang diberikan, itu, sekalipun dengan sebutan kepada Ephorus HKBP, sebenarnya
adalah untuk Ds. G.H.M. Siahaan pribadi. Namun Ds. G.H.M. Siahaan tidak setuju
dengan pendapat tersebut.-
Sikap dan pemahamannya itu sebenarnya adalah
karena prinsip hidup yang dianutnya, yang tidak begitu mementingkan pemberian.
uang atau apa saja sebagai imbalan pelayanannya. Itulah kejujuran Ompu i
Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan. Ompu i senantiasa dapat membedakan manakah haknya
sebagai pribadi dan hak jabatannya sebagai Ephorus HKBP. Tanggungjawab jabatan
sebagai Ephorus dipikulnya dengan prinsip yang konsisten. Hal ini ditandai
dengan sikap kejujurannya yang tak mau menyelewengkan jabatan untuk memperkaya
dirinya.
Menurut · Ompu i,
apabila ia tidak menyerahkan pemberian yang ditujukan kepada Ephorus HKBP
kepada Bendahara Pusat, perbuatan ini sudah termasuk bentuk penyelewengan
jabatan. Sebab, perjalanan dinas sebagai Ephorus, sepenuhnya sudah ditanggung
HKBP, maka jemaat tak perlu dibebani dengan pemberian yang berlebihan. Namun
apabila tokh juga memberikan sesuatu karena rasa syukur, maka sebaiknyalah itu
menjadi milik HKBP, bukan milik pribadi Ds. G.H.M. Siahaan. –
Belakangan hari
memang ada perubahan. Setelah jemaat mengetahui kejujuran Ds. G.H.M. Siahaan
tersebut, Majelis Jemaat atau Warga Jemaat yang ingin memberikan sesuatu kepada
Ds. G.H.M. Siahaan tidak lagi menuliskan jabatan Ephorus. Pada bagian depan
amplop itu sudah dituliskan nama Ds. G.H.M Siahaan sebagai alamat penerima pemberian
tersebut. Pemberian dengan rasa syukur tersebut adalah bentuk ungkapan
berterima kasih atas pelayanan yang diberikan Ds. GJ-I.M. Siahaan yang
dihormati dan disayangi oleh jemaatnya.
Oleh karena itu, perbuatan memberi
adalah buah dari iman. Memang barang siapa yang memberikan ucapan terima
kasihnya, mereka memberikannya tidak karena keharusan, tidak ada ketentuan
jumlah, tidak pula karena terpaksa. Dengan demikian orang yang memberikan
ungkapan terima kasihnya tidak merasa terbeban.
Sebaliknya, mereka
yang memberikan dengan sukacita, rela dan ikhlas itu adalah karena didorong
oleh rasa syukur dam terimakasih kepada Tuhan at as pelayanan Ds. G.H.M.
Siahaan sebagai Ephorus HKBP. Gaya kesederhanaan seperti yang ditunjukkan Ds.
G.H.M. Siahaan itu sebenarnya adalah merupakan bentuk perlawanan terhadap dunia
konsumerisme dan materialisme sekarang ini. Jiwa dan sifat konsumerisme dan
materialisme pasti tidak pantas bagi seorang pelayan gereja, apalagi pimpinan
gereja.
Jemaat dan pelayan gereja tidak perlu dipengaruhi pola kehidupan
seperti itu. Sebab, roh-roh materialisme dan konsumerisme dapat mengganggu
pelayanan gereja. Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan dalam berbagai kesempatan,
misalnya ketika memberikan kata sambutan pada suatu perayaan, kata-kata
bimbingan dan khotbahnya selalu menekankan bahaya sifat konsumerisme dan
materialisme itu. –
Oleh karena itu harus
diwaspadai agar jangan merasuk jiwa para pelayan gereja. Untuk itu Ds. G.H.M.
Siahaan menunjukkan sifat dan jiwa kesederhanaan, sebagai cermin dan teladan
terhadap pelayan gereja yang lain. Suatu ketika ada keluarga dekat Ds. G.H.M. Siahaan
yang ingin tabu, sehingga bertanya, sebenarnya berapa gaji, balanjo, seorang
Pucuk Pimpinan HKBP, seperti jabatan Ephorus.
Ada pemikiran mereka bahwa
penghasilan dan fasilitas untuk jabatan Ephorus setara dengan pejabat negara.
Mereka memperkirakan bahwa biaya hidup dan fasilitas untuk jabatan Ephorus
pasti mewah dan serba tersedia, sebanyak mungkin dan sebaik mungkin, baik dari
segi kwantitas maupun kwalitas. –
Standard pemikiran
yang dipakai adalah sesuai dengan standard yang diterima oleh seorang pejabat
negara. Akan tetapi Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan menjawab pertanyaan itu dengan
sederhana saja. Ia mengatakan, dalam kehidupan seorang Pendeta tidak ada yang
perlu dikhawatirkan. Gereja menyediakan secukupnya keperluan-keperluan yang
dibutuhkan.
Hidup Pendeta dan keluarganya tidak mungkin berkekurangan dan tidak
pula berkelebihan. Sebab ukuran kurang dan lebih sangat relatif. Pokoknya
berapapun yang diterima seorang Pendeta akan diterima dengan rasa syukur.
Jawaban itu ternyata sangat bijaksana~ sehingga yang bertanya tadi tidak
melanjutkan pertanyaan-pertanyaan yang lain lagi sehubungan dengan pendapatan
seorang Pucuk Pimpinan HKBP. –
Pada suatu rapat
Majelis Pusat HKBP tahun 1980 dibahas tentang perlunya HKBP melakukan
penambahan gaji pelayan HKBP yang full-timer. Hal itu akan dimulai dari
penetapan anggaran penambahan gaji Pucuk Pimpinan HKBP melalui Rapat Majelis
Pusat HKBP. Sebagaimana ketentuan rapat di HKBP, apabila rapat hendak membahas
tentang sesuatu yang berhubungan dengan pribadi seseorang, maka anggota rapat
tersebut diminta agar keluar meninggalkan rapat tersebut. Demikianlah Ds.
G.H.M. Siahaan keluar meninggalkan rapat Majelis Pusat, dengan maksud agar
mereka bebas membahas dan menetapkannya gaji Ephorus HKBP. –
Rapat Majelis Pusat
pun dipimpin Sekretaris Jenderal HKBP, Ds. P.M. Sihombing, MTh. Hasil keputusan
rapat mengatakan: "Agar HKBP segera memperbaiki pertambahan dan
peningkatan gaji pelayan HKBP fulltimer, beserta tunjangan-tunjangan lainnya,
termasuk kepada Ephorus HKBP". Kemudian diadakanlah perbaikan penghasilan
pekerja HKBP diseluruh jajarannya dan semua personalianya. Termasuk Ephorus dan
Sekretaris Jenderal.
Setelah angka-angka
gaji, dan tunjangan lain, bagi Ephorus dan Sekretaris Jenderal ditingkatkan,
11Iaka diutuslah dua orang anggota Majelis Pusat, yaitu Pdt. Dr. S.A.E.
Nababan, LLD, dan Pdt. L.J. Napitupulu, Praeses HKBP Distrik Jawa-Kalimantan.
menemui Ompu i Ephorus ke runtah kediamannya untuk memberitahukan perubahan
penerimaan gaji tersebut. –
Di rumah Ompu i, Pdt.
L.J. Napitupulu berkata: "Ompung! kami sudah sepakat menetapkan besamya
gaji dan tunjangan lain bagi Pucuk Pimpinan HKBP. Untuk Ompu i Ephorus, menurut
hemat kami seperti ini," Pdt. L.J. Napitupulu lalu nJenjelaskan satu
persatu pos penerimaan yang mengalami pertambahan. "Inilah yang dapat kami
perbuat Ompung, harapan kami Ompu i dapat menyetujuinya." –
Begitu selesai
dilaporkan dan penjelasan, Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan pun bertanya: "Dari
mana uang untuk itu? ". Pdt. Dr. S.A.E. Nababan LLD turut menjelaskan:
"Ini bukan soal uang Ompung! Soal mencari uang bukan tanggung jawab
Ompung, tetapi tanggung jawab kami!" dijelaskan lagi: "Begini Ompung,
inikan masih sesuai dengan budget tahunan kita. –
Di samping itu, dalam
mempertimbangkan kenaikan gaji ini, turut juga kami pertimbangkan bagaimana
Ompung Boru dapat membagi-bagi gaji dan tunjangan kalau hanya seperti
penggajian yang lama."-
Mendengar penjelasan
itu, Ephorus menjawab: "Bah, kenapa Inanta yang menjadi pertimbangan?
Setiap ina - ibu rumah tangga - pasti selalu merasa tidak cukup gaji yang kita
terima". –
Kemudian mereka
menjelaskan supaya Ompu i Ephorus mau menerima perubahan penambahan gajinya,
tetapi dengan tegas Ompu i menolaknya. Karena Ompu i Ephorus menolak penambahan
gaji yang tentunya mengakibatkan peRohahan anggaran itu, maka kedua anggota
Majelis Pusat itupun kembali ke ruang sidang. Merekapun melaporkan penolakan
Ephorus tersebut dan mengatakan: -
"Supaya Ompu i
Ephorus mau menerimanya, menurut pesan beliau rapat Majelis Pusat harus mengurangi
gaji dan tunjangan beliau yang terlalu banyak ini." Dengan demikian rapat
Majelis Pusat mengurangi penambahan gaji Ephorus itu dari yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Hasil perubahan itu diberitahukan lagi kepada Ephorus melalui kedua
utusan tadi. Setelah Ompu i melihat angka-angka penambahan gaji tersebut sudah
realistik, barulah ia menyetujunya.