2.2.7. Pelayanan dan Uang


Salah satu yang paling dibanggakan dari kepemimpinan Ds.G.H.M. Siahaan adalah bahwa pelayanannya jauh dari motif memperoleh uang. 

Hal itu dapat dilihat dalam setiap perjalanan dinas yang dilakukannya. Sesuai dengan Peraturan Keuangan HKBP, setiap perjalanan dinas selalu ditanggung dan dibebankan kepada. kas keuangan Kantor Pusat HKBP, yang meliputi transport, penginapan, uang harian dan uang makan. Akan tetapi apabila jemaat atau lembaga yang mengundangnya memberikan uang transport, maka Ds. G.H.M. Siahaan selalu mengembalikan biaya pembelian ticket pesawat Medan-Jakarta atau ke kota lainnya., yang sebelumnya didahulukan Bendahara Pusat HKBP. 

Demikian juga uang penginapan, uang harian dan uang makan, tidak diambilnya lagi karena merasa sudah lebih dari cukup apa yang diberikan jemaat tersebut.

Biasanya, Sekretaris Khusus Ephorus selalu melakukan perkiraan dan menjumlah uang perjalanan dinas Ephorus pada setiap awal bulan. Perjalanan dinas dapat mencapai 20 hari perbulan. Hal itu menunjukkan begitu padatnya jadwal perkunjungan yang dilakukan oleh seorang Ephorus kejemaat-jemaat dan urusan lainnya. –

Namun ketika Sekretaris Khusus menemui Ephorus untuk menandatangani pengambilan biaya perjalanan dinas selama 20 hari tersebut, biasanya Ompu i akan mengatakan: "Ah, terlalu banyak ini. Cukup 10 hari saja." Dengan demikian, pada kenyataannya perjalanan dinas 20 hari, tetapi biaya yang diambilnya hanya untuk 10 hari. –

Dalam suatu kunjungan Ephorus ke HKBP Pekan Baru, Riau, Ds. G.H.M. Siahaan dan rombongan menginap di sebuah hotel' sederhana di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Adalah kebiasaan Ompu i untuk selalu lebih dahulu membayar semua rekening hotel dan makanan. Ketika Sekretaris Khusus meminta dari Ompu i rekening pembayaran kamar hotel dan makanan selama menginap. di hotel, agar dapat nanti ditukarkan Kepada Bendahara Pusat HKBP di Tarutung, Ompu i tidak bersedia memberikannya. -

Pada hal sebenarnya hal itu adalah masuk kepada biaya perjalanan dinas. Akan tetapi Ompu i selalu berprinsip bahwa tidak baik terus membebankan semua biaya perjalanan kepada kas Kantor Pusat. Jadi pengeluaran tersebut adalah atas biayanya sendiri. –

Ompu i seolah-olah tidak mempersoalkan apakah harus Bendahara Pusat yang membayar atau tidak, yang penting apabila Ompu i merasa memiliki uang yang cukup, ia akan rela mengeluarkan uangnya sendiri, agar tidak terlalu banyak pengeluaran dari Kantor Pusat HKBP.

Pada hari minggu, tanggal 30 Oktober 1972, Distrik Tanah Alas diresmikan di Kutacane, Aceh Tenggara. Bersamaan dengan peresmian Distrik baru itu, diadakan juga "pesta sarune ". Pelaksanaan kedua kegiatan besar tersebut ditegor oleh Pemda Provinsi Daerah Istimewa Aceh, karena tidak ada· pemberitahuan sebelumnya. Praeses Distrik Medan Aceh, Pdt. L.J. Napitupulu, mungkin lupa untuk mengurusnya. Atau mungkin juga lupa bahwa Aceh Tenggara berada di luar Sumatera Utara. –

Peristiwa itu sempat menimbulkan kekhawatiran, karena menurut kebiasaan, kegiatan tersebut seharusnya memperoleh izin dari pemerintah setempat. Pdt. L.J. Napitupulu juga merasa bersalah, bahkan malu atas keteledoran tersebut, apalagi yang memimpin peresmian Distrik tersebut adalah Sekretaris Jenderal HKBP, Ds. G.H.M. Siahaan. 

Namun atas ketenangan Ds. G.H.M. Siahaan, semua acara demi acara dapat berjalan lancar dan baik. Ds.G.H.M. Siahaan dalam khotbahnya pada peresmian Distrik Tanah Alas ketika itu, mengatakan: "seorang pekabar Injil, haruslah melakukan apa yang dikhotbahkannya sedapat mungkin, dan sedalam mungkin." Khotbah itu disampaikan secara lembut, dengan bahasayang datar saja, tetapi kalimat demi kalimat sangat jelas dan konkrit:

Ketika Ds. G.H.M. Siahaan hendak kembali pulang ke Tarutung, Praeses HKBP, Pdt. L.J. Napitupulu menyodorkan kwitansi biaya pengeluaran selama perjalanan dinas ke Kotacane-Aceh, dengan maksud agar Ds. G.H.M. Siahaan menukarkan kembali ke Bendahara Pusat di Kantor Pusat HKBP. Ds.G.H.M Siahaan memperhatikan satu persatu bon pengeluaran tersebut. –

Rupanya, dari antara bon itu ada pengeluaran yang memang sudah dibayar seorang Parhalado Distrik dari uang pribadinya. Ds. G.H.M. Siahaan, berkata seolah-olah menegor Praeses: "Amang Praeses, yang ini tadi kan sudah dibayar oleh teman kita. Jadi, tidak usah lagi dicantumkan kepada beban kantor Pusat. Pengeluaran yang lain saja dituliskan, kalau masih ada". –

Kemudian, Praeses menarik kembali "Bill-Bond''- bukti pengeluaran -yang dimaksud, barulah setelah jelas, Ds.G.H.M. berkemas untuk berangkat ke Tarutung. Peristiwa tersebut merupakan salah satu bukti bahwa Ds. G.H.M. Siahaan sangat hati-hati dalam hal pengeluaran keuangan. –

Segala uang masuk atau uang keluar yang tidak pada tempatnya selalu dianggap sebagai awal kecenderungan. tindakan manipulasi di bidang keuangan. Oleh karena itu, sejak awal sudah kelihatan sikap Ds. G.H.M. Siahaan yang bersih dari masalah keuangan. –

Suatu ketika Ompu i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan mengikuti acara pemakaman Amanguda nya, Simon Napitupulu, Amangboru nya Ompung Boru, tahun 1970 di Tampahan, Balige. Beliau menghadiri pesta tersebut dengan memakai mobil dinas. Seperti yang sering terjadi, apabila Ompu i Ephorus pergi dengan mobil dinas maka SPJ - Surat Perintah Jalan- tersebut harus dikeluarkan dari Kantor Pusat. 

Akan tetapi ketika tiba di Tarutung, ia meminta kepada Bendahara Pusat, St. P. Sirait, agar pengeluaran ke Tampahan tersebut, termasuk bensin dan uang harian supir, tidak dikeluarkan dari Bendahara Pusat, sebab Ephorus akan membayar dan menggantikannya.

Pada hari Minggu. 5 Mei 1985, Ompu i Ds.G.H.M. Siahaan secara mendadak. berkunjung ke HKBP Cengkareng. Atas permohonan Pdt. T.P. Nababan STh, Pendeta HKBP Cengkareng pada waktu itu, Ompu i bersedia untuk berkhotbah sekaligus membaptis. Betapa senangnya warga jemaat ketika itu, melihat kedatangan Ompu i mengunjungi HKBP Cengkareng, yang sedang giat melakukan pembangunan Gerejanya. –

Ketika selesai ibadah Minggu, satu persatu warga jemaat datang menyalam Ompu i. Kemudian dengan rasa syukur; Bendahara Huria, disusul kemudian Bendahara Pembangunan dan Orangtua anak yang dibaptis memberikan ucapan syukumya kepada Ompu i. 

Namun Ompu i agak terkejut dan berkata: "Wah apa ini, kenapa begini banyak?" Seorang anggota Panita Pembangunan menjawab: "Itu hanya sekedar ·pengganti uang ticket Ompung! ", yang lain meugatakan: "Itu ucapan syukur kami Ompung! Itu bukan dari uang kas pembangunan". –

Kemudian Ompu i mengatakan: "Baiklah, tetapi tidak sebanyak ini! Biarlah, saya anggap sudah menerimanya. Terimakasih, tetapi sebaiknya diserahkan saja kepada Bendahara Pembangunan Gereja ini." –

Uang di amplop itupun diserahkan kembali kepada Bendahara Pembangunan tersebut. Memang mengherankan dan luar biasa, mungkin karena Ds. G.H.M. Siahaan melihat HKBP Cengkareng sedang membangun, sehingga ia tidak sampai hati menerima uang sebanyak itu, lalu menyerahkannya untuk pembangunan Gereja. –

Suatu pagi, Ompu i Ephorus bersiap-siap berangkat ke Medan. Kemudian Ompung Boru memberikan uang sebanyak Rp. 50.000, sebagai bekal di perjalanan. Menurut Ompung Boru, uang tidak ada lagi di dompet Ds. G.H .. M. Siahaan. Tetapi Ompu i menolak dan mengatakan tidak membutuhkan uang itu.

Kemudian Ompung Boru menyodorkan uang itu lagi, dan mengatakan hanya persiapan untuk kebutuhan di jalan. Lalu Ds. G.H.M. Siahaan berkata dengan agak membentak, "Ai na so porsea do ho dipanariho~on ni Debata tu ahu?" - Apakah kau tidak yakin, Tuhan yang mempersiapkan kebutuhanku? –

Ompu i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan tidak pernah membiarkan Sekretaris Khusus membayar makanan mereka, walaupun beliau mengetahui bahwa Sekretaris Khusus mengantongi uang sebagai persiapan perjalanan dinas.

Pernah juga terjadi penolakan Ds.G.H.M. Siahaan terhadap pemberian yang tidak pada tempatnya. Ketika itu, hari Rabu tanggal 24 Juni I 981. Panitia Jubileum 25 tahun kependetaan Ds. P.M. Sihombing, Sekjend HKBP mempersiapkan dua kalung emas yang lumayan besar. –
Maksudnya, kalung itu akan diberikan atau diserahkan satu sebagai kenangan Jubileum kepada Jubilaris dan satu lagi kepada Ompu i. Alasan Panitia memberikan kalung itu kepada Ephorus adalah sebagai tanda syukur HKBP kepada Tuhan atas situasi HKBP yang semakin baik. –

Tetapi Ompu i dengan tegas menolak kalung emas yang dipersiapkan Panitia Jubileum 25 tahun kependetaan Sekjend, Ds.P. M. Sihombing. Ds. G.H.M. Siahaan berkata. "Amanta Sekjend dona mar-Jubileum. hapanditaon, ndang dohot ahu manjalo mas disi - "Amang Sekjen yang berjubileum kependetaan, saya tidak perlu ikut menerima hadiah pemberian." 

Dalam kunjungan memimpin Pesta di Jemaat Ompu i tidak pernah bersungut-sungut apabila tidak menerima sesuatu, uang atau bingkisan lainnya. –

Bukan seperti orang lain, yang mengharap diberi kenang-kenangan, cendramata, dan amp lop yang berisi sejumlah uang seusai pelaksanaan pesta gereja. Ompu i selalu ikut serta dalam lelang pengumpulan dana yang dilakukan Panitia. Dengan demikian mereka lebih bersemangat. dalam melaksanakan pesta untuk menyumbang pembangunan gereja.

Penampilan dan pembawaan Ompu i selalu sederhana. Berpakaian stelan jas bersih, rapi dan elegan selalu berpakaian stelan jas, sekalipun bukan karena ia memiliki banyak stelan jas. Postur tubuhnya tergolong tinggi, berperawakan gagah, membuat setiap penampilannya selalu berwibawa. Kesederhanaannya berpakaian sudah dimulai sejak masih Pendeta muda. 

Gaya penampilan Ephorus Ds.GHM Siahaan selalu berpakaian rapi, dengan sisiran ram but dibelah dua kebelakang. Ia selalu berpakaian resmi pada jam-jam kantor buka, baik di rumah maupun di kantor, dalam rapat-rapat Pucuk Pimpinan atau di dalam perjalanan. Penampilan yang rapi dan bersih tersebut sudah terbiasa sejak Ompu i masih mahasiswa di HTS Jakarta. –

Baginya berpakaian yang bersih, rapi dan necis bukanlah sekedar penampilan gaya, tetapi adalah sebagai cermin kepribadian, keteladanan sikap, perilaku, wibawa dan kesederhanaan. Suatu hari, pernah Ompung Boru bercerita. –

Pada tahun 1945 di Ressort Sibolga, Ds. G.H.M. Siahaan kebilangan pakaian satu stel jas dari jemuran. Ompung Boru bingung dan kesal bahkan ada rasa takut terhadap Ds. G.H.M. Siahaan, suaminya, atas kebilangan itu. Sebagai seorang ibu rumah tangga ia merasa bertanggung jawab dengan urusan pakaian. Ompung Boru melaporkan juga bahwa satu stel jas bilang dari jemuran. 


Apalagi Ompung Boru pula yang menjemurkan pakaian yang bilang itu. Ompung Boru merasa lega, sebab ketika dilaporkan kepada Ds. G.H.M. Siahaan berita kebilangan tersebut, ternyata, ia tidak marah. Malah dengan ringan-ringan saja ditanggapinya: "Ndang poa boha i, na ringkot do i nuaeng di ibana umbahen na dibuat"- "Tidak apa-apa, mungkin ada gunanya bagi orang yang mengambil jas tersebut."

Satu minggu kemudian, jas yang bilang itu kembali ada di jemuran, persis tergantung ditempatnya semula. Dengan agak heran, Ompung Boru menghampiri jemuran kain itu. Ia sempat ragu apakah jas itu milik orang lain atau milik Ds. G.H.M. Siahaan. Setelah memperhatikan dengan seksama barulah dapat dipastikan bahwa jas tersebut adalah milik Ds. G.H.M. Siahaan, yang bilang itu. –

Tetapi mengapa dikembalikan? Dan siapa yang mengembalikannya? Ompung Boru bergegas membawa jas itu ke rumah. Ia memberitahukan Ds. G.H.M. Siahaan bahwa jas yang bilang sudah kembali. –

Satu bulan kemudian, teka-teki atas kembalinya jas itu terjawab. Sebab pada suatu hari, ada orang yang tidak dikenal mengirimkan satu stel jas yang baru persis sama ukuran jas yang dipakai Ephorus. Rupanya yang mengambil jas Ds. G.H.M. Siahaan itu adalah seorang warga jemaat, yang tidak perlu diketahui siapa nama dan orangnya. –

Jas itu diambil untuk dibawa ke taylor, sebagai ukuran jas baru. buat Ds. G.H.M. Siahaan. Hal ini dilakukan secara tulus, memberikan sesuatu sebagai pemberian tanpa perlu diketahui orang lain. –

Waktu beliau menjadi Dosen di Fakultas Theologia di Pematangsiantar tahun 1955, kendaraannya adalah sepeda. Semua keluarga mengetahui itu, Juga para adiknya. –

Adiknya OB. Siahaan (mantan Dirut PTP III) bermaksud untuk membeli sepeda motor untuk dia pakai, kemudian mereka menawarkannya. Tetapi Ompu i menjawab: "Tidak perlu itu dan tidak ada uang untuk membeli itu. Sepeda saja sudah cukup. Dengan bersepeda kita sekaligus telah berolah raga". –

Walaupun demikian jawaban dari Ds. G.H.M. Siahaan, mereka tokh membeli sepeda motor itu juga. Itulah transport beliau kalau mau mengajar ke Fakultas Theologia. Hidup Ds. G.H.M. Siahaan memang sangat sederhana. Nampaknya ia tidak begitu memikirkan keperluan hidup sehari-hari. Keperluan hidupnya hanya yang biasa-biasa saja. Jangankan mobil sepeda motor saja dia tidak punya. 

Akan tetapi Ds. G.H.M. Siahaan merasa dan memahami keadaannya sudah lebih dari cukup. Ia sangat senang dengan memakai dan menikmati apa yang dimilikinya sendiri. Suatu ketika para staff Kantor Pusat HKBP berkunjung pagipagi sekali ke rumah Ephorus, sebelum kebaktian pagi dimulai.

Tujuannya adalah untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Ompu i, yang pada hari itu tepat hari ulang tahunnya. Para pegawai perempuan hanya membawa sekuntum bunga segar dan setelah berada di depan pintu, semua pegawai dan staff menyanyikan Happy Birthday to you ". Tidak ada acara khusus, cukup sederhana, min um kopi atau teh. –

Akan tetapi Ompu i sangat senang dan berbahagia menerima kedatangan pegawai dan staff Kantor Pusat itu. Atas kesederhanaan perayaan itu, Ompu i memberikan nasehat berdasarkan firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab, Lukas 12: 15, "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun hidup seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak lah tergantung dari pada kekayaannya itu".

Memang, biasanya dalam kehidupan ini, mereka yang terlalu mengkonsentrasikan diri kepada kelimpahan harta duniawi untuk dirinya sendiri, cenderung menjadi sombong, dan akhirnya hanya mengejar prestasi dan prestise sebagai tujuan hidupnya. Mereka tidak pernah berpikir bahwa di balik kehidupan ini ada dunia lain yang akan dihadapi. –

Untuk itu perlu persiapan, mempersiapkan untuk memperoleh kehidupan yang akan datang. Sebab jika tidak, hari-hari yang akan datang itu dapat menjadi hari-hari yang mengerikan, yang penuh hukuman, penderitaan dan kesengsaraan. Ompu. i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan meIanjutkannya lagi, dengan mengutip ayat yang tertulis dalam Matius 16: 26, "Apalah gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kebilangan nyawanya?" –

Melalui ayat itu kita diingatkan, kata Ompu i, tentang kehidupan dan pengalaman Napoleon Bonaparte.· Napoleon itu, sebenarnya pernah hidup dengan sederhana. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan jabatan yang dimilikinya, secara lambat laun, ia pun menjadi orang yang paling berkuasa di dunia. Semua itu dapat diperoleh dengan bakat dan ambisi yang hebat, bersama dengan kelicikannya dan sifatnya yang sangat egois. –

Akan tetapi sebagaimana diketahui dari sejarah hidupnya, semuanya tidak ada manfaatnya bagi Napoleon. Sekalipun ia memperoleh kuasa dan harta seluruh dunia, tetapi akhirnya ia kebilangan semua yang pernah dimilikinya. Sebab pada akhirnya, ia harus mati demi mempertahankan kekuasaan dan harta benda yang dimilikinya. Ironis sekali. 

Sebab ia hidup tanpa kebenaran dan tanpa persekutuan dengan Tuhan. Prinsip hidup yang dianut Ompu i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan adalah dengan lebih mementingkan kehidupan yang rohani dari pada kehidupan yang duniawi. Hal itu nampaknya tidak boleh. ditawar-tawar. Beliau konsisten menjauhi pola hidup yang materialis" dalam kehidupan pribadinya dan keluarganya. Hal itu dibuktikan dalam sikap dan perilakunya di dalam keluarga, masyarakat dan pada waktu memimpin HKBP.

Seorang hamba Tuhan, seharusnya tidak risau dan khawatir akan kebutuhan hidupnya, karena ia tokh bekerja di ladangNya. Ompu i Ephorus menekankan, Tuhan itu penuh kasih. Itu harus diyakini. Kalau tidak bagaimana k ita dapat melakukan pekerjaan untuk Tuhan dengan baik? 

Katanya, Ompu i Ephorus pernah mengatakan kepada Ompung Boru, begini: ''Kita sudah dapat makan. Ada balanjo- gaji- secukupnya dari HKBP; perlengkapan yang penting juga tersedia dengan baik. Apakah kita hidup dalam kemewahan baru dapat dikatakan benarbenar hidup? Apakah kita harus hidup mewah dulu, baru kemudian memperoleh kehidupan yang sejahtera? Saya kira tidak, bukan?" Memang, kita boleh mengerti sikap Ompu i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan yang tidak mau mencari Atau mengumpulkan "harta duniawi". –

Karena perilaku seperti itu tidak cocok bagi seorang pelayan gereja seperti Pendeta, Gum Jemaat., Byblevrou·vv, Diakones. Oleh karena itu, Ompu i selalu menekankan bahwa kehidupan seorang pelayan gereja harus hidup sederhana. tidak berkekurangan dan tidak berkelebihan. 

Makanan khas dan yang digemari Ompu i Ephorus adalah nasi dengan sayur daun ubi yang ditumbuk, lalu kalau ada ikan teri atau ikan as in yang disambal dengan sambal cabe campur andaliman, itu sudah sangat memuaskan. Ja tidak akan bisa makan bila dengan nasi yang dingin. ''Sai hira na amporotan do iba ", - "Seperti tenggorakan tersesak", katanya suatu ketika. Ia baru dapat makan bila nasinya masih panas. Oleh karena itu, kalau berada di dalam suatu perjalanan, ia tidak begitu memilih-milih tempat makan, restoran atau kedai nasi biasa. Pokoknya, restoran atau kedai nasi itu bersih, itu saja. Hal itu menunjukkan kesederhanaan Ds. G.H.M. Siahaan dalam kehidupan sehari-hari.

Apabila Ds. G.H.M. Siahaan menerima suatu pemberian, baik . barang atau uang kontan, dengan sebutan untuk Ompu i Ephorus HKBP, maka barang atau uang tersebut akan diserahkan kepada Bendahara Pusat HKBP. Akan tetapi bila dikatakan kepada Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan, maka itu dipahami untuk dia secara pribadi. –

Banyak Jemaat, Majelis Gereja bahkan Pendeta HKBP yang tidak mengetahui hal tersebut. Ketika selesai acara pesta, misalnya, Panitia yang didampingi Pendeta Ressort memberikan ucapan syukur kepada · Ompu i. Maksudnya sebenarnya adalah untuk pribadi Ds. G.H.M. Siahaan, tetapi ketika menyampaikannya dikatakan kepada Ephorus HKBP, maka apa yang diberikan itu akan disetor ke Bendahara Pusat HKBP. 

Demikian juga bila ketika memberikan sejumlah uang sebagai ucapan syukur atas kunjungan Ds. G.H.M. Siahaan, tetapi bi)a ketika menyampaikannya dikatakan, misalnya, sebagai pengganti biaya transport Ompu i, maka uang tersebut pasti disetor ke Bendahara Pusat HKBP. Sebagai seorang staff, Sekretaris Khusus Ephorus, hal itu sebenarnya pernah dibicarakan. Bahwa uang, Atau ucapan syukur yang diberikan, itu, sekalipun dengan sebutan kepada Ephorus HKBP, sebenarnya adalah untuk Ds. G.H.M. Siahaan pribadi. Namun Ds. G.H.M. Siahaan tidak setuju dengan pendapat tersebut.-

 Sikap dan pemahamannya itu sebenarnya adalah karena prinsip hidup yang dianutnya, yang tidak begitu mementingkan pemberian. uang atau apa saja sebagai imbalan pelayanannya. Itulah kejujuran Ompu i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan. Ompu i senantiasa dapat membedakan manakah haknya sebagai pribadi dan hak jabatannya sebagai Ephorus HKBP. Tanggungjawab jabatan sebagai Ephorus dipikulnya dengan prinsip yang konsisten. Hal ini ditandai dengan sikap kejujurannya yang tak mau menyelewengkan jabatan untuk memperkaya dirinya.

Menurut · Ompu i, apabila ia tidak menyerahkan pemberian yang ditujukan kepada Ephorus HKBP kepada Bendahara Pusat, perbuatan ini sudah termasuk bentuk penyelewengan jabatan. Sebab, perjalanan dinas sebagai Ephorus, sepenuhnya sudah ditanggung HKBP, maka jemaat tak perlu dibebani dengan pemberian yang berlebihan. Namun apabila tokh juga memberikan sesuatu karena rasa syukur, maka sebaiknyalah itu menjadi milik HKBP, bukan milik pribadi Ds. G.H.M. Siahaan. –

Belakangan hari memang ada perubahan. Setelah jemaat mengetahui kejujuran Ds. G.H.M. Siahaan tersebut, Majelis Jemaat atau Warga Jemaat yang ingin memberikan sesuatu kepada Ds. G.H.M. Siahaan tidak lagi menuliskan jabatan Ephorus. Pada bagian depan amplop itu sudah dituliskan nama Ds. G.H.M Siahaan sebagai alamat penerima pemberian tersebut. Pemberian dengan rasa syukur tersebut adalah bentuk ungkapan berterima kasih atas pelayanan yang diberikan Ds. GJ-I.M. Siahaan yang dihormati dan disayangi oleh jemaatnya. 

Oleh karena itu, perbuatan memberi adalah buah dari iman. Memang barang siapa yang memberikan ucapan terima kasihnya, mereka memberikannya tidak karena keharusan, tidak ada ketentuan jumlah, tidak pula karena terpaksa. Dengan demikian orang yang memberikan ungkapan terima kasihnya tidak merasa terbeban.

Sebaliknya, mereka yang memberikan dengan sukacita, rela dan ikhlas itu adalah karena didorong oleh rasa syukur dam terimakasih kepada Tuhan at as pelayanan Ds. G.H.M. Siahaan sebagai Ephorus HKBP. Gaya kesederhanaan seperti yang ditunjukkan Ds. G.H.M. Siahaan itu sebenarnya adalah merupakan bentuk perlawanan terhadap dunia konsumerisme dan materialisme sekarang ini. Jiwa dan sifat konsumerisme dan materialisme pasti tidak pantas bagi seorang pelayan gereja, apalagi pimpinan gereja. 

Jemaat dan pelayan gereja tidak perlu dipengaruhi pola kehidupan seperti itu. Sebab, roh-roh materialisme dan konsumerisme dapat mengganggu pelayanan gereja. Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan dalam berbagai kesempatan, misalnya ketika memberikan kata sambutan pada suatu perayaan, kata-kata bimbingan dan khotbahnya selalu menekankan bahaya sifat konsumerisme dan materialisme itu. –

Oleh karena itu harus diwaspadai agar jangan merasuk jiwa para pelayan gereja. Untuk itu Ds. G.H.M. Siahaan menunjukkan sifat dan jiwa kesederhanaan, sebagai cermin dan teladan terhadap pelayan gereja yang lain. Suatu ketika ada keluarga dekat Ds. G.H.M. Siahaan yang ingin tabu, sehingga bertanya, sebenarnya berapa gaji, balanjo, seorang Pucuk Pimpinan HKBP, seperti jabatan Ephorus. 

Ada pemikiran mereka bahwa penghasilan dan fasilitas untuk jabatan Ephorus setara dengan pejabat negara. Mereka memperkirakan bahwa biaya hidup dan fasilitas untuk jabatan Ephorus pasti mewah dan serba tersedia, sebanyak mungkin dan sebaik mungkin, baik dari segi kwantitas maupun kwalitas. –

Standard pemikiran yang dipakai adalah sesuai dengan standard yang diterima oleh seorang pejabat negara. Akan tetapi Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan menjawab pertanyaan itu dengan sederhana saja. Ia mengatakan, dalam kehidupan seorang Pendeta tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Gereja menyediakan secukupnya keperluan-keperluan yang dibutuhkan. 

Hidup Pendeta dan keluarganya tidak mungkin berkekurangan dan tidak pula berkelebihan. Sebab ukuran kurang dan lebih sangat relatif. Pokoknya berapapun yang diterima seorang Pendeta akan diterima dengan rasa syukur. Jawaban itu ternyata sangat bijaksana~ sehingga yang bertanya tadi tidak melanjutkan pertanyaan-pertanyaan yang lain lagi sehubungan dengan pendapatan seorang Pucuk Pimpinan HKBP. –

Pada suatu rapat Majelis Pusat HKBP tahun 1980 dibahas tentang perlunya HKBP melakukan penambahan gaji pelayan HKBP yang full-timer. Hal itu akan dimulai dari penetapan anggaran penambahan gaji Pucuk Pimpinan HKBP melalui Rapat Majelis Pusat HKBP. Sebagaimana ketentuan rapat di HKBP, apabila rapat hendak membahas tentang sesuatu yang berhubungan dengan pribadi seseorang, maka anggota rapat tersebut diminta agar keluar meninggalkan rapat tersebut. Demikianlah Ds. G.H.M. Siahaan keluar meninggalkan rapat Majelis Pusat, dengan maksud agar mereka bebas membahas dan menetapkannya gaji Ephorus HKBP. –

Rapat Majelis Pusat pun dipimpin Sekretaris Jenderal HKBP, Ds. P.M. Sihombing, MTh. Hasil keputusan rapat mengatakan: "Agar HKBP segera memperbaiki pertambahan dan peningkatan gaji pelayan HKBP fulltimer, beserta tunjangan-tunjangan lainnya, termasuk kepada Ephorus HKBP". Kemudian diadakanlah perbaikan penghasilan pekerja HKBP diseluruh jajarannya dan semua personalianya. Termasuk Ephorus dan Sekretaris Jenderal.

Setelah angka-angka gaji, dan tunjangan lain, bagi Ephorus dan Sekretaris Jenderal ditingkatkan, 11Iaka diutuslah dua orang anggota Majelis Pusat, yaitu Pdt. Dr. S.A.E. Nababan, LLD, dan Pdt. L.J. Napitupulu, Praeses HKBP Distrik Jawa-Kalimantan. menemui Ompu i Ephorus ke runtah kediamannya untuk memberitahukan perubahan penerimaan gaji tersebut. –

Di rumah Ompu i, Pdt. L.J. Napitupulu berkata: "Ompung! kami sudah sepakat menetapkan besamya gaji dan tunjangan lain bagi Pucuk Pimpinan HKBP. Untuk Ompu i Ephorus, menurut hemat kami seperti ini," Pdt. L.J. Napitupulu lalu nJenjelaskan satu persatu pos penerimaan yang mengalami pertambahan. "Inilah yang dapat kami perbuat Ompung, harapan kami Ompu i dapat menyetujuinya." –

Begitu selesai dilaporkan dan penjelasan, Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan pun bertanya: "Dari mana uang untuk itu? ". Pdt. Dr. S.A.E. Nababan LLD turut menjelaskan: "Ini bukan soal uang Ompung! Soal mencari uang bukan tanggung jawab Ompung, tetapi tanggung jawab kami!" dijelaskan lagi: "Begini Ompung, inikan masih sesuai dengan budget tahunan kita. –

Di samping itu, dalam mempertimbangkan kenaikan gaji ini, turut juga kami pertimbangkan bagaimana Ompung Boru dapat membagi-bagi gaji dan tunjangan kalau hanya seperti penggajian yang lama."-

Mendengar penjelasan itu, Ephorus menjawab: "Bah, kenapa Inanta yang menjadi pertimbangan? Setiap ina - ibu rumah tangga - pasti selalu merasa tidak cukup gaji yang kita terima". –

Kemudian mereka menjelaskan supaya Ompu i Ephorus mau menerima perubahan penambahan gajinya, tetapi dengan tegas Ompu i menolaknya. Karena Ompu i Ephorus menolak penambahan gaji yang tentunya mengakibatkan peRohahan anggaran itu, maka kedua anggota Majelis Pusat itupun kembali ke ruang sidang. Merekapun melaporkan penolakan Ephorus tersebut dan mengatakan: -

"Supaya Ompu i Ephorus mau menerimanya, menurut pesan beliau rapat Majelis Pusat harus mengurangi gaji dan tunjangan beliau yang terlalu banyak ini." Dengan demikian rapat Majelis Pusat mengurangi penambahan gaji Ephorus itu dari yang sudah ditetapkan sebelumnya. Hasil perubahan itu diberitahukan lagi kepada Ephorus melalui kedua utusan tadi. Setelah Ompu i melihat angka-angka penambahan gaji tersebut sudah realistik, barulah ia menyetujunya.