Ds. G.H.M. Siahaan adalah seorang yang mendengar hati, yang tidak hanya mendengar apa yang diucapkan dengan kata-kata, apalagi bila kata-kata itu keluar dengan nada emosi. Mendengar suara hati adalah tugas seorang gembala yang baik hati. Gembala seperti itu adalah yang mau mengerti dan memahami orang lain, mardompon roha, yang simpatik dan empaty terhadap perasaan dan pergumulan orang lain. Hal itulah yang sering ditunjukkan Ompu i kepada warga · jemaat maupun kepada Pendeta dan pelayan yang lain yang mempunyai berbagai pergumulan hidup. –
Oleh karena itu, ketika menerima laporan tentang seseorang, warga jemaat dan pelayan tahbisan, ia akan sangat hati-hati untuk memberi pertimbangan. Ia akan berusaha agar keputusannya tidak merupakan penghakiman, melainkan menjadi jalan keluar untuk mengatasi pergumulan. Ketika peserta Sinode Godang telah menjatuhkan keputusan untuk memberhentikan Pdt. Dr. F. H. Sianipar dari jabatan Sekretaris Jenderal, banyak para Pendeta anggota Sinode Godang, Nopember 1978, dengan berapi-api mengusulkan agar tohonan Pdt. Dr. F.H. Sianipar dicabut. Mereka yang mengusulkan itu berlagak pahlawan, pemberani, mau bersaksi dan menunjukkan diri sebagai pendukung Ds. G.H.M. Siahaan yang sejati. Sepintas dalam suasana Sinode Godang ketika itu, mayoritas mendukung agar tohonan Pdt. Dr. F. H. Sianipar dicopot saja karena telah melakukan pelanggaran terhadap Sinode Godang dan terhadap Ephorus Ds. G.H.M Siahaan.
Akan tetapi Ephorus Ds. G .H .M . Siahaan tidak hanya mendengar apa yang diucapkan, tetapi apa yang ada di dalam hati. Ephorus ketika itu juga mendengar suara hati kebanyakan peserta Sinode Godang yang tidak berbicara, termasuk mendengar suara hati Pdt.Dr. F,H, Sianipar yang· berada dituar sidang, walaupun suara hati itu tidak diucapkan. –
Oleh karena itu Ds. G,H,M, Siahaan tidak setuju dengan usul itu. Bukan dengan cara menolak secara langsung, tetapi dengan mengingatkan peserta yang mengusulkan dengan berapi-api tadi. Ephorus mengatakan: , Ba nunga songon na marrapot Pandita hita on. Ndang Rapot Pandita on, Sinode Godang do!"- "Kita ini sudah seperti dalam Rapat -Pendeta. Ini bukan rapat Pendeta, ini adalah Sinode Godang!" Memang untuk mencabut tohonan tahbisan di HKBP bukanlah Sinode Godang, melainkan rapat penerima tahbisan tersebut. Pencabutan tohonan Pandita adalah oleh Rapat Pandita HKBP. Ucapan Ds. G.H.M. Siahaan itu bukan hanya menolak usul pencabutan tohonan Pdt. Dr. F. H. Sianipar tadi, tetapi juga menegor mereka dengan cara mengingatkan mereka agar memahami tugas Sinode Godang dan tugas Rapat Pendeta HKBP.
Selama kepemimpinan Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan memang ada beberapa pelayan partohonan yang dipecat dan dicabut dari tohonan nya karena perbuatan yang melanggar tohonan nya sendiri. Hal itu dilakukan untuk menjaga kemurnian dan kekudusan tohonan itu sendiri. Mereka yang melakukan perbuatan yang asusila, tidak ada alasan bagi mereka ·untuk tetap mengemban tugas pelayanan sebagai partohonan. Itulah ketegasan Ompu i di dalam memelihara kemumian ajaran, sebagaimana diatur dalam Ruhut Pannahanion dohot Paminsangon, Konfessi dan Aturan ni Huria, yang semuanya berdasarkan firman Tuhan. Alasan itu dilakukan bukan semata-mata karena benci terhadap orang yang melakukan tindakan asusila tersebut, tetapi adalah karena mendengar suara hati jemaat, suara hati para Majelis . Gereja dan suara hati sesama partohonan di HKBP. Oleh karena itu, tugas penggembalaan selalu bernuansa membimbing, mengarahkan dan membawa ke jalan yang benar.
Akan tetapi apabila ada di antara mereka yang digembalai itu yang sudah sesat maka pada waktunya ia perlu dikenakan hukuman. Hukuman itu bukan dengan maksud menghilangkan jiwa dan keimanannya, tetapi hukuman untuk menyadarkan akan perbuatannya agar kembali ke jalan yang benar. –
Di samping sebagai seorang gembala yang mendengar hati, Ompu i Ephorus Ds. G. H. M . Siahaan ternyata memiliki jiwa seni. Ia suka mendengar musik dan lagu, khususnya lagu-lagu Gereja bernada koor. Pada waktu senggang di rumah, misalnya sore atau malam sebelum tidur, ia sering memainkan harmonium tua yang ada di rumahnya. –
Kondisi HKBP dalam kepemimpinan Ompu i Ephorus saat itu sudah mulai normal, langgeng, berjalan apa adanya. Pelayananpun cukup berkembang. Badai kemelut - hamaolon - sudah berlalu. Kondisi seperti itulah yang sangat dirindukan warga jemaat. Sifat dan sikap kepemimpinan seperti yang dinampakkan Ds. G.H.M Siahaan melalui perkunjungan pastoral ke jemaat-jemaat atau menghadiri undangan gereja sangat kondusif membantu menciptakan kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan jemaat. Supaya lebih terjalin keakraban, konsolidasi dan keharmonisan antara sesama pelayan di HKBP, sering kegiatan perkunjungan Ephorus tidak hanya diisi dengan ibadah Atau peresmian pada bari Minggu, tetapi diadakan juga kegiatan pada hari Sabtu misalnya semacam penataran ringan, evangelisasi atau sekedar untuk dapat berbincang-bincang dengan Praeses, Pendeta dan pelayan lainnya yang ada di Distrik tersebut. –
Untuk itu Ephorus dan Sekretaris Khusus sering harus berangkat lebih awal agar dapat bermalam satu atau dua malam di tempat yang dituju. Ephorus lebih suka menginap di rumah Praeses atau Pendeta Ressort bila mengizinkan tempatnya, atau di Mess milik Gereja bila memang ada. –
Beliau tidak membiasakan diri menginap di hotel atau losmen. Ia berusaha sedapat mungkin agar tidak memakai fasilitas umum seperti hotel Atau losmen, meski pada umumnya panitia sudah mempersiapkan penginapan khusus buat Ephorus sebagai penghormatan kepada Ompu i. Jika Praeses, Pendeta, atau warga jemaat mempertanyakannya, alasannya adalah karena saat seperti itulah waktu dan kesempatan bagi Ompu i untuk bertemu dengan rekan satohonan di Distrik, Ressort, dan Jemaat. –
Bagi Ephorus, mom en seperti itu adalah waktu yang tepat untuk mendengar keluhan dan keinginan mereka. Jadi, dalam perkunjungan jemaat kehadiran Ompu i Ephorus bukan hanya untuk acara pesta. Tetapi, menjadi kesempatan melakukan perkunjungan pastoral kepada para "partohonan ", Pendeta, Guru Jemaat, Bybelvrouw, Diakones dan Sintua.