Nepotisme adalah
suatu sikap yang menilai dan mendudukkan seseorang pada suatu posisi
berdasarkan hubungan kekeluargaan atau kekerabatan. Namun Ds. G.H.M. Siahaan
sangat jauh dari sikap dan perilaku seperti itu. –
Pernah suatu ketika
seorang keluarga dekat, haha ni Ompu i, meminta bantuan. Abang, haha ni Ompu i
berkata: "Amang sekarang sudah menjadi Ephorus. Calonkan dulu putri kita
ini supaya diterima menjadi siswa perawat di Rumah Sakit Balige".
Akan
tetapi Ephorus menjawab: "Kalau dia pandai, dia akan luIus". Ds. G.H.M.
Siahaan tidak akan mau berjanji atau memberikan jaminan. Oleh karena hahanya
mendesak terus, maka Ompu i berkata lagi: "Begini, ada peraturan, dia
dapat diterima menjadi siswa perawat kalau boru kita itu memang pandai".
Biasanya, dengan nada seperti itu, Ompu i sudah dalam keadaan marah.
Pada tahun 1985,
Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan hendak melangsungkan pesta perkawinan putranya, Tan
Gorat Parlindungan Siahaan di HKBP Sudirman Medan. Untuk keperluan pengantin,
Staff di Kantor Pusat Pearaja Tarutung sebagai "dongan sahuta ni
hasuhutan" sibuk mempersiapkan mobil apa yang harus disediakan. Memang ada
mobil VW (Volks-Wagen) milik Kantor Pusat yang dipakai Biro Jemaat tetapi tidak
cocok sebagai "mobil pengantin". Yang lain, ada mobil tipe sedan yang
dipakai Sekjend, Ds. P.M. Sihombing M.Th., tetapi mobil tahun rendah.
Karena tidak ada
mobil yang cocok sebagai mobil pengganti, semua staff di Pearaja - Tarutung
merasa gelisah bingung. Mobil siapa yang dapat dipakai untuk kendaraan
pengantin, Satu-satunya mobil yang paling cocok adalah mobil dinas Ephorus Ds.
G.H.M. Siahaan. Lalu, Panitia datang menghadap Ompu i Ephorus memberitahukan
sekaligus memohon agar Ompu i Ephorus meminjamkan mobil dinasnya untuk dipakai
sebagal mobil pengantin.
Ternyata permintaan
itu ditolak Ephorus, katanya: "Ai ndang mobil ni anak Ephorus i. Lului
hamu mobil na asing Ndang boi pangkeon I tu pengantin. (itu bukan mobil anaknya
Ephorus. ltu tidak bisa dipakai sebagaI mobIl pengantin, cari mobil yang lain.
Memang Ephorus Ds.
G.H.M. Siahaan selalu memahami mobil dinas Ephorus secara official, jadi tidak
dipakai untuk kepentingan keluarganya, meskipun urusan perkawinan anaknya
sendiri.
"Itu mobil
Ephorus, bukan mobil pribadi!" Ompu i memang sangat ketat terhadap pemeliharaan
mobil dinas. Anak-anaknya pun tidak diijinkan memanfaatkan Figur Kepribadian
dan Kepemimpinan fasilitas kantor untuk urusan pribadi.
Satu ketika,
Sekretaris Jenderal memperhatikan bahwa setiap awal bulan Pdt. T.P. Nababan,
STh disuruh Ompu i mengirim Wesel untuk biaya kuliah anak anak beliau, di Jakarta, Sekretaris Jenderal menyarankan kepada Ompu i
agar anak anak beliau di Jakarta mengambil biaya kuliahnya melalui sa lab satu
Resort HKBP di Jakarta. Nanti akan diperhitungkan dari gaji Ephorus di Kantor
Pusat. –
Ephorus tegas menolak
saran tersebut. Beliau tidak mau melibatkan fasilitas kantor untuk urusan
keluarga. Lagi pula, hal itu pasti tidak mendidik anak-anaknya.
Hal-hal seperti
itulah yang menjadi penilaian bahwa Ompu i sangat menentang sikap dan sifat
nepotisme. Mungkin dalam hal-hal tertentu, sikap ketal Ompu i terhadap
pemanfaatan fasilitas kantor oleh keluarganya sangat berlebihan. Akan tetapi
harus diakui, persoalan dan konflik sering terjadi, apabila seorang pejabat
kantor tidak dapat membedakan urusan kantor dengan urusan keluarga.
Sejak dini Ephorus
HKBP sudah memperingatkan agar semua pembukuan, khususnya mengenai keuangan
dapat di pertanggung jawabkan kepada rapat Majelis Pusat HKBP. Hal itu rupanya
ditanggapi dengan biasa-biasa saja. Pada hal permintaan Ephorus tersebut
didasarkan pada laporan DKU yang mempertanyakan penerimaan mahasiswa Program
PAK, titipan program Depag kepada STT HKBP, bantuan keuangan yang diterima dari
Depag dan dari yang lain dalam melaksanakan program tersebut dan pembangunan
asrama satu barak di STT HKBP. –
Berhubung karena
Rektor STT HKBP itu tidak dapat mempertanggung jawabkannya di tengah rapat
Majelis Pusat, maka Ephorus menyampaikannya ke Synode Godang, 17-22 Nopember
1984, melalui Barita Jujur Taon Ephorus HKBP Dampak dari masalah itu sangat
merugikan STT HKBP, termasuk Rektornya sendiri. Kredibilitasnya diragukan dan
kejujurannya disangsikan. Pada hal sebenarnya, Rektor STT HKBP itu termasuk
orang yang sangat diperhitungkan untuk menjadi pemimpin HKBP pada waktu itu.
ltulah contoh-contoh
bahwa Ds. G.H.M. Siahaan sama sekali tidak menginginkan adanya sifat nepotisme
dalam kepemimpinan nya, yang memberi keuntungan, kesempatan dan keutamaan
kepada seseorang hanya karena berdasarkan hubungan kekerabatan, misalnya karena
keluarga, parturturon hubungan darah dan hubungan sosial lain nya. –
Hal itu bukan berarti
G.H. M. Siahaan tidak menghendaki adanya jalinan sosial yang harmonis dengan
berbagai pihak dari keluarga, marga dan lain-lain, tetapi hubungan nepotis itu
tidak boleh menjadi penghalang untuk melihat kelayakan, kemampuan dan
kepantasan seseorang di dalam menerima dan memperoleh sesuatu, seperti jabatan,
keuntungan dan posisi yang wajar.