2.1.4. Menentang Nepotisme


Nepotisme adalah suatu sikap yang menilai dan mendudukkan seseorang pada suatu posisi berdasarkan hubungan kekeluargaan atau kekerabatan. Namun Ds. G.H.M. Siahaan sangat jauh dari sikap dan perilaku seperti itu. –

Pernah suatu ketika seorang keluarga dekat, haha ni Ompu i, meminta bantuan. Abang, haha ni Ompu i berkata: "Amang sekarang sudah menjadi Ephorus. Calonkan dulu putri kita ini supaya diterima menjadi siswa perawat di Rumah Sakit Balige". 

Akan tetapi Ephorus menjawab: "Kalau dia pandai, dia akan luIus". Ds. G.H.M. Siahaan tidak akan mau berjanji atau memberikan jaminan. Oleh karena hahanya mendesak terus, maka Ompu i berkata lagi: "Begini, ada peraturan, dia dapat diterima menjadi siswa perawat kalau boru kita itu memang pandai". Biasanya, dengan nada seperti itu, Ompu i sudah dalam keadaan marah.

Pada tahun 1985, Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan hendak melangsungkan pesta perkawinan putranya, Tan Gorat Parlindungan Siahaan di HKBP Sudirman Medan. Untuk keperluan pengantin, Staff di Kantor Pusat Pearaja Tarutung sebagai "dongan sahuta ni hasuhutan" sibuk mempersiapkan mobil apa yang harus disediakan. Memang ada mobil VW (Volks-Wagen) milik Kantor Pusat yang dipakai Biro Jemaat tetapi tidak cocok sebagai "mobil pengantin". Yang lain, ada mobil tipe sedan yang dipakai Sekjend, Ds. P.M. Sihombing M.Th., tetapi mobil tahun rendah.

Karena tidak ada mobil yang cocok sebagai mobil pengganti, semua staff di Pearaja - Tarutung merasa gelisah bingung. Mobil siapa yang dapat dipakai untuk kendaraan pengantin, Satu-satunya mobil yang paling cocok adalah mobil dinas Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan. Lalu, Panitia datang menghadap Ompu i Ephorus memberitahukan sekaligus memohon agar Ompu i Ephorus meminjamkan mobil dinasnya untuk dipakai sebagal mobil pengantin.

Ternyata permintaan itu ditolak Ephorus, katanya: "Ai ndang mobil ni anak Ephorus i. Lului hamu mobil na asing Ndang boi pangkeon I tu pengantin. (itu bukan mobil anaknya Ephorus. ltu tidak bisa dipakai sebagaI mobIl pengantin, cari mobil yang lain.

Memang Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan selalu memahami mobil dinas Ephorus secara official, jadi tidak dipakai untuk kepentingan keluarganya, meskipun urusan perkawinan anaknya sendiri.
"Itu mobil Ephorus, bukan mobil pribadi!" Ompu i memang sangat ketat terhadap pemeliharaan mobil dinas. Anak-anaknya pun tidak diijinkan memanfaatkan Figur Kepribadian dan Kepemimpinan fasilitas kantor untuk urusan pribadi.

Satu ketika, Sekretaris Jenderal memperhatikan bahwa setiap awal bulan Pdt. T.P. Nababan, STh disuruh Ompu i mengirim Wesel untuk biaya kuliah anak anak beliau, di Jakarta, Sekretaris Jenderal menyarankan kepada Ompu i agar anak anak beliau di Jakarta mengambil biaya kuliahnya melalui sa lab satu Resort HKBP di Jakarta. Nanti akan diperhitungkan dari gaji Ephorus di Kantor Pusat. –

Ephorus tegas menolak saran tersebut. Beliau tidak mau melibatkan fasilitas kantor untuk urusan keluarga. Lagi pula, hal itu pasti tidak mendidik anak-anaknya. 

Hal-hal seperti itulah yang menjadi penilaian bahwa Ompu i sangat menentang sikap dan sifat nepotisme. Mungkin dalam hal-hal tertentu, sikap ketal Ompu i terhadap pemanfaatan fasilitas kantor oleh keluarganya sangat berlebihan. Akan tetapi harus diakui, persoalan dan konflik sering terjadi, apabila seorang pejabat kantor tidak dapat membedakan urusan kantor dengan urusan keluarga.

Sejak dini Ephorus HKBP sudah memperingatkan agar semua pembukuan, khususnya mengenai keuangan dapat di pertanggung jawabkan kepada rapat Majelis Pusat HKBP. Hal itu rupanya ditanggapi dengan biasa-biasa saja. Pada hal permintaan Ephorus tersebut didasarkan pada laporan DKU yang mempertanyakan penerimaan mahasiswa Program PAK, titipan program Depag kepada STT HKBP, bantuan keuangan yang diterima dari Depag dan dari yang lain dalam melaksanakan program tersebut dan pembangunan asrama satu barak di STT HKBP. –

Berhubung karena Rektor STT HKBP itu tidak dapat mempertanggung jawabkannya di tengah rapat Majelis Pusat, maka Ephorus menyampaikannya ke Synode Godang, 17-22 Nopember 1984, melalui Barita Jujur Taon Ephorus HKBP Dampak dari masalah itu sangat merugikan STT HKBP, termasuk Rektornya sendiri. Kredibilitasnya diragukan dan kejujurannya disangsikan. Pada hal sebenarnya, Rektor STT HKBP itu termasuk orang yang sangat diperhitungkan untuk menjadi pemimpin HKBP pada waktu itu.

ltulah contoh-contoh bahwa Ds. G.H.M. Siahaan sama sekali tidak menginginkan adanya sifat nepotisme dalam kepemimpinan nya, yang memberi keuntungan, kesempatan dan keutamaan kepada seseorang hanya karena berdasarkan hubungan kekerabatan, misalnya karena keluarga, parturturon hubungan darah dan hubungan sosial lain nya. –

Hal itu bukan berarti G.H. M. Siahaan tidak menghendaki adanya jalinan sosial yang harmonis dengan berbagai pihak dari keluarga, marga dan lain-lain, tetapi hubungan nepotis itu tidak boleh menjadi penghalang untuk melihat kelayakan, kemampuan dan kepantasan seseorang di dalam menerima dan memperoleh sesuatu, seperti jabatan, keuntungan dan posisi yang wajar.