2.1.3. Sederhana, Merakyat Dan Disenangi Banyak Orang


Ds. G.H.M. Siahaan adalah orang ke dua, setelah Ds. Tunggul Somuntul Sihombing, yang menjabat dua kah periode sebagai Sekretaris Jenderal dan dua kali periode sebagai Ephorus. Ketika Ds. G.H.M. Siahaan sebagai Sekretaris Jenderal, ia menempati rumah kediaman Sekretaris Jenderal, yang kini telah menjadi rumah kediaman Ephorus. Sedangkan rumah Sekretaris Jenderal yang sekarang sebenarnya adalah rumah kediaman Ephorus HKBP, yang dibangun dengan konstruksi setengah permanen pada masa akhir periode Dr. Justin Sihombing. Sebelumnya, tipe itulah kediaman Ephorus itu terbuat dari kayu dan berkolong, sama seperti rumah kediaman Sekretaris Jenderal yang didiami Ds. G.H.M. Siahaan.

Selama dua periode sebagai Sekretaris Jenderal, Ds. G.H.M. Siahaan rumah bangunan tua, terbuat dari kayu dan berkolong. Namun setelah Ds. G.H.M. Siahaan menjadi Ephorus, ia tetap memilih tinggal di rumah kediaman. Sekretaris Jenderal, yang dari kayu dan berkolong itu. Sedangkan Sekretaris Jenderal, waktu itu adalah Dr. F.H. Sianipar, menempati rumah kediaman Ephorus, yang sudah setengah permanen. –

Ketika itu banyak orang yang menganjurkan, agar Ds. G.H.M. Siahaan dan keluarga pindah ke rumah kediaman Ephorus, karena itu rumah memang lebih layak dan memang itulah rumah kediaman Ephorus. Akan tetapi Ds. G.H.M. Siahaan mengatakan lebih senang tinggal di rumah kediaman yang sudah ditempatinya selama 12 tahun ketika sebagai Sekretaris Jenderal. Alasannya sederhana saja, "tidak lucu bukan, kita pindah rumah ke rumah yang hanya 10 meter jaraknya dari rumah kita?" Dengan demikian, selama satu periode, Ephorus HKBP, Ds. G.H.M. Siahaan dan keluarga menempati rumah dari kayu dan berkolong itu.

Majelis Pusat periode 1974-1980, yang kemudian di non aktifkan dan diberhentikan, tidak sempat memikirkan pembangunan rumah kediaman Ephorus mengganti rumah bangunan tua itu. Barulah setelah diangkat Tim Pangurupi Ephorus, ketika Sekretaris Jenderal sudah dijabat Ds. P.M. Sihombing, diadakanlah pembangunan rumah Ephorus. Dengan demikian rumah kediaman Ephorus dalam bentuk bangunan baru seperti yang sekarang masih sempat didiami oleh Ds. G.H.M. Siahaan satu periode lamanya. Itulah yang didiami Ephorus yang sekarang.

Sikap Ds. G.H.M. Siahaan itu menunjukkan kesederhanaan hidup, yang tidak mau menunjukkan kekuasaan jabatan secara berlebihan. Sikap hidup sederhana itu didukung dengan pertimbangan hal-hal yang lebih efisien dan praktis. Misalnya, hal itu ditunjukkan, ketika ia tidak bersedia pindah rumah ke rumah kediaman Ephorus yang jaraknya hanya 10-meter dari rumah kediamannya. Hal-hal yang berhubungan dengan efisiensi dan praktis sering menjadi pertimbangan Ds. G.H.M. Siahaan. Faktor-faktor jabatan, struktural dan birokratis sering diabaikan bila ternyata menghambat efisiensi dan praktis bekerja. Semua hal itu dapat terjadi karena Ds. G.H.M. Siahaan adalah orang yang sederhana dan merakyat, sehingga banyak orang yang dekat dan menyukai nya.

 Ompu i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan dikenal sebagai orang yang dekat dengan kehidupan jemaat, baik dalam arti jemaat sebagai persekutuan maupun dengan jemaat secara pribadi. Sikap menghargai dan keramah-tamahannya kepada semua orang, khususnya kepada warga jemaat, tercermin dari sambutan nya yang selalu mengundang simpati. Apabila sekelompok anggota jemaat atau beberapa orang warga jemaat datang dari jemaatnya ke Kantor Pusat Pearaja - Tarutung, dan ingin bertcmu dengan Ompu i, biasanya Ompu i akan menyapa mereka: -

"Ra, nunga loja hamu ate, Amang!" "Mungkin, Bapak-bapak sudah merasa letih, ya!" Jika mereka yang datang dari kalangan Pendeta atau pelayan yang lain, apalagi yang bermasalah di dalam pelayanannya, maka biasanya yang ditanyakan Ompu i terlebih dahulu adalah keadaan keluarga: "Sehat-sehat do Ilian keluarga? Nunga kalas piga tahe na umbalga? Didia uuaeng ibana marsingkola?" - "Bagaimana, apakah keluarga sehat-sehat? Kelas berapa yang paling besar? Di mana sekarang dia sekolah?" Pertanyaan-petanyaan yang familier tersebut sangat berkesan bagi Pendeta atau pelayan yang bertemu dengan Ds. G.H.M. Siahaan.

Salah satu kelebihan Ompu i adalah mengingat nama orang. Apabila Ompu i menanyakan nama anak seorang Pendeta, maka ketika bertemu beberapa bulan kemudian dengan pendeta itu, pasti ditanyakan Ompu i: "Nunga didia tahe nuaeng si Anu? Nunga tammat ibana marsingkola?" Pertanyaan dan sapaan yang penuh kekeluargaan itu akan menjadi penyejuk bagi kehidupan Pendeta dan pelayan. Seseorang yang disapa Ompu i, pasti merasakan kelegaan bahkan ada rasa kebanggaan tersendiri. "Wah, rupanya Ompu i sangat peduli dengan keluarga saya. Ia rupanya memperhatikan perkembangan pendidikan anak saya!", demikian sering ungkapan perasaan Pendeta atau pelayan yang baru bertemu dengan Ompu i.

Apabila bepergian yang menempuh perjalanan panjang, seperti ke Pekan Baru misalnya, Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan sangat menyukai istirahat di pinggir jalan, makan di bawah pohon rindang dan duduk di atas tikar. Untuk itu, biasanya dalam perjalanan jauh seperti itu, selalu dibawa bontot dan peralatan dari Pearaja, seperti tikar, makanan dan alat-alat dapur yang sederhana. –

Dalam perjalanan seperti itu, hubungan antara staf dengan Ds. G.H.M. Siahaan sebagai Ephorus sangat kelihatan. Oi sepanjang perjalanan itu terjalin lah keakraban, senda gurau dan cerita-cerita kocak dan humor dad Ompu i. Dalam setiap perjalanan dinas, sikap Ds. G.H.M. Siahaan benar- benar memperlakukan staffnya semata-mata sebagai dongan sapardalan, teman dalam perjalanan, bukan sebagai bawahan sebagaimana biasanya dalam kehidupan dan suasana di kantor.

 Suatu ketika, penulis pernah pergi bersama Ompu i ke arah Medan. Biasanya, selalu kami usahakan agar makan siang di Restoran Asia, Parapat. Namun penulis dan supir A. Situmeang ingin makan lomok-lomok di kedai nasi yang ada di samping kiri galon minyak Parapat. Lalu, penulis mengusulkan kepada Ompu i, agar setelah pesanan makanan tersedia untuk Ompu i, kami akan pergi makan ke lomok-lomok di lapo ni halak hita. Ompu i setuju dan tidak keberatan, lalu kami pergi meninggalkan Ompu i. Tetapi sayangnya, kami harus menunggu beberapa menit lagi, karena lomok-lomok itu belum masak, sehingga kami agak lama baru dapat makanan. –

Ketika kami kembali ke Restoran Asia, Ompu i tidak ada lagi. Ternyata Ompu i sudah barada di toko souvenir, melihat-lihat sesuatu yang hendak dibelinya. Dengan perasaan penuh bersalah, penulis mendekati Ompu i dan minta maaf atas keterlambatan kami. Ketika saya menceritakan bahwa kami terlambat karena harus menunggu beberapa menit, sebab masakannya belum masak, Ompu i malah memberi komentar tantang kekurangan halak hita berjualan, apalagi di kota tourist seperti Parapat. Menurut Ompu i, orang yang berjualan di Parapat sebenarnya perlu ditatar, agar dapat membuat senang hati para pembeli dan pendatang. –

Dari komentar Ompu i, penulis tahu sejujurnya, bahwa ia tidak merasa tersinggung atas keterlambatan kami. Iapun mengajak penulis untuk melihat- lihat barang souvenir yang lain. Penulis benar-benar kagum melihat kebaikan dan kedekatan nya kepada staff bawahannya.

Menurut Pdt. Marudut Manalu, STh., M.Min, kepribadian dan kepemimpinan Ds. G.H.M. Siahaan, sangat dikagumi Prof. Sondang Siagian, seorang pakar Ilmu Administrasi Negara. Suatu ketika pada saat Prof. Sondang Siagian menjadi nara sumber dalam pelatihan pendeta HKBP di Perkampungan Pemuda, Jetun, Silangit, mengatakan bahwa tipe kepemimpinan Ds. G.H.M. Siahaan adalah tipe pemimpin yang sangat disiplin terhadap jabatannya tetapi kepribadiannya sangat merakyat. –

Tipe seperti itu agak jarang ditemukan di dalam diri seorang pemimpin. Biasanya orang yang disiplin dengan jabatan, keputusan dan peraturan kantor adalah orang yang kaku, yang selalu mengambil jarak dari orang banyak. Pemimpin seperti itu akan terkesan sebagai pemimpin yang sulit diajak berkomunikasi dan jarang bertemu dengan bawahan dan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi kepemimpinan Ds. G.H.M. Siahaan lain dan sangat berbeda dengan gambaran seperti itu. Ketika Ds. G.H.M. Siahaan barada di kantor, Ia sangat terikat dengan keputusan, ketetapan dan peraturan yang berlaku di HKBP. Akan tetapi bila ia berada di luar kantor, ia sangat menyenangi hubungan informal dan keakraban dengan bawahannya. Tipe pemimpin seperti itu adalah tipe pemimpin yang sederhana, merakyat dan pasti disenangi siapa saja.

Sikap kepribadian Ds. G.H.M. Siahaan yang ramah, dekat dengan bawahannya dan mau membaur dengan orang banyak tidak hanya terjadi di dalam lingkungan gereja, tetapi juga di lingkungan adat dan kebudayaan orang Batak. –

Sebagaimana biasanya di dalam adat Batak pada suatu ketika dapat sebagai posisi hulahula, tetapi dalam waktu yang lain dapat menjadi boru. Ds. G.H.M. Siahaan selalu sadar akan posisinya dalam suatu pesta adat, apakah sebagai hula hula, boru atau dongan tubu. Ia selalu berusaha menempatkan diri secara pas sesuai dengan posisi tersebut. –

Apabila di dalam satu pesta adat, misalnya pada saat hula hulanya Gr. Zending H. Simanjuntak melangsungkan pesta adat perkawinan anaknya tahun 1976 di Sopo Godang NHKBP Kampung Kristen Pematangsiantar, posisinya adalah sebagai boru. Pada hal waktu itu ia sudah menjadi Ephorus HKBP. Dalam ukuran tatakrama tertentu, ia menunjukkan partisipasinya sebagai boru. Misalnya, ia tidak bersedia duduk di rung khusus yang disediakan untuk tamu vip, seperti untuk para Pendeta yang diundang. Ia lebih senang bergabung dengan bani dan paribannya yang lain.

Ompu i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan adalah seorang pribadi yang jujur, ramah dan lembut dalam menerapkan kepemimpinannya. Beliau juga punya sifat yang menyatu antara kepribadian dengan medan pelayanannya. ia dapat bersahabat dengan petani, pedagang, maupun golongan lain nya. Suatu ketika, pada tahun 1979, Ompu i Ephorus ingin mengunjungi dan berkhotbah pada salah satu jemaat pagaran, Resort Padang Sidempuan. Pdt. B.M. Siagian menerangkan bahwa gereja itu sangat jauh dan tidak dapat dilalui mobil seperti yang di pakai Ephorus. Dengan alasan itu, maka keinginan Ompu i untuk mengunjungi jemaat tersebut disarankan agar tidak dilakukan. –

Tetapi, ia menjawab dengan lembut sambil mengajak dan berkata: "Ayolah pergi, meski jauh tidak apa. 'Kan itu merupakan tugas dan tanggung jawab kita untuk menyampaikan berita Kerajaan Allah, bukan?". Karena Ompu i sudah serius dan begitu bersemangat untuk mengunjungi jemaat yang dimaksud, maka Pdt. B.M. Siagian sebagai Pendeta Resort tentu tak berkuasa menolaknya.

Ds. G.H.M. Siahaan memang selalu berusaha mengunjungi jemaat-jemaat yang terpencil, terlebih bila dalam satu minggu tidak ada kegiatan ke-Ephorus-an, misalnya dalam peresmian gereja, mangompoi alau mameakhon batu ojahan. Pada saat-saat tidak ada undangan melakukan seremonial ke-Ephorus-an, biasanya penulis sebagai Sekretaris Khusus turut mengusulkan ke jemaat mana dulu marminggu. Jemaat-jemaat terpencil seperti Lumban Garaga, Siarangarang dan lain-lain itulah yang dikunjungi. Alasan Ompu i sederhana saja. –

Karena biasanya Ephorus diundang ke suatu jemaat hanya ketika ada pesta peresmian sesuatu, maka tentu jemaat-jemaat kedI dan terpeneiI itu tidak mungkin mengundang Ephorus, padahal mereka juga ingin dan merindukan bertemu dengan Ephorus nya. Beberapa jemaat kecil yang ada di pinggir jalan antara Tarutung dan Medan, sering juga dikunjungi. –

Alasannya juga sederhana, ASI do roha, Jalan pamolusan ni Ephorus nasida laha tu angka huria na balga na mar pesta. Denggan do marminggu disi Epharus so pala ala ni na marpesta!" "Kasihan juga, karena mereka sering dilewati Ephorus ketika hendak pergi ke jemaat yang besar yang melaksanakan pesta: Oleh karena itu ada baiknya Ephorus juga memimpin ibadah minggu di sana sekaIipun tidak karena ada pesta."-

Biasanya dalam melakukan kunjungan mendadak seperti itu, staff nya penulis sendiri sudah mengatur agar Ephorus tiba ke jemaat yang dimaksud persis menjelang ibadah dimulai, tanpa ada pemberitahuan ke jemaat tersebut sebelumnya. Suatu ketika pernah terjadi, Ephorus ingin beribadah Minggu di suatu jemaat, tetapi terlambat datang. Ia tiba persis pada saat votum telah selesai. Ketika jemaat melihat Ephorus datang masuk, maka tiba-tiba ibadah itu terkendala dan berhenti sama sekali. Sebab anggota Jemaat langsung berdiri dan menyalam Ephorus. Ephorus pun didauIat untuk berkhotbah. Penulis juga diminta majelis jemaat untuk melanjutkan memimpin liturgi, maragenda. –

Hal itu menarik sekali bagi penulis, karena sudah selesai Votum, maka ibadah Minggu itu kemudian dilanjutkan dengan nyanyian setelah Votum. Dalam kunjungan mendadak seperti itu, penulis melihat bahwa perasaan anggota dan majelis jemaat seperti benar-benar kedatangan malaikat. Kedatangan dan kunjungan Ompu i benar-benar dipahami sebagai berkat. Tidak jarang warga jemaat yang menangis menyalami Ompu i karena merasa sangat terharu atas kunjungan yang mendadak tersebut.

Di samping sering mengadakan kunjungan ke jemaat secara singgah di rumah mendadak, Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan juga sering Pendeta untuk sekedar minum kopi. Tindakan seperti ini sering dilakukan Ompu i bukan dalam rangka sidak penyidikan mendadak, seperti yang sering dilakukan oleh pejabat dalam pemerintahan. Kunjungan itu adalah untuk menjalin hubungan kekeluargaan, atau kunjungan pastoral Ephorus terhadap para pelayan seperti Pendeta. –

Ketika kunjungan seperti itu dilakukan, keluarga Pendeta sangat senang dan bahagia menyambutnya. Dalam kunjungan seperti itu, Ephorus biasanya menanyakan hal-hal yang bersifat kekeluargaan, seperti kesehatan Pendeta, istri Pendeta dan anak-anaknya, pendidikan anak dan berbagai pertanyaan menyangkut hal yang ringan-ringan. Sekalipun hanya minum kopi, tapi kunjungan itu sangat berkesan keluarga Pendeta. Bahkan pernah ada seorang Pendeta Ressort yang menyampaikan terimakasih nya kepada penulis berkali-kali, karena begitu berkesan atas kunjungan Ephorus dan penulis ke rumahnya. –

Rupanya ia beranggapan bahwa kunjungan itu adalah alas prakarsa dan ajakan penulis sendiri. Tidak apalah, pikir penulis juga perlu kejipratan pada waktu itu, sekali-sekali Sekretaris Khusus penghargaan sedikit dari kepemimpinan Ompu i. Alai taringot na ma i, ate!

Dalam setiap kunjungan pastoral dan perayaan seremonial, Ompu i Ds. G.H.M. Siahaan, selalu menekankan agar dilaksanakan secara sederhana, tidak perlu bersifat spektakuler yang penuh dengan acara protokoler seperti datangnya petinggi negara. Hal yang penting yang diinginkan Ompu i adalah bagaimana agar acara pesta atau ibadah itu berlangsung dengan khidmat, bermakna, dan tidak perlu penghormatan dan penghargaan yang berlebihan. Akan tetapi kadang- kadang hal-hal yang seremonial - protokoler tidak dapat dihindarkan. –

Adakalanya kedatangan Ephorus disambut jemaat dan warga masyarakat Batak Kristen dengan sangat meriah sekali. Ketika sudah sampai di bandara, misalnya, sudah mula! penuh dengan acara - acara protokoler. seperti ketika berkunjung ke Pekan Baru, Palembang, Surabaya dan lain-lain. Bahkan dari bandara ke gereja yang dituju dengan iringan barisan bermobil, pengawal, layaknya seperti kedatangan seorang pejabat tinggi negara.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa Ompu i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan adalah sosok pemimpin yang sederhana dan merakyat, rendah hati, jujur, ramah, tidak pilih kasih, bersahabat. Beliau tidak suka menonjolkan diri. Ia aktif dalam seliap kegiatan sosial kemasyarakatan. Hal itulah yang membuat para staff Kantor Pusat selalu merasa nyaman bila Ompu i masuk kantor, dan bukan sebaliknya. Sebab figur kebapakan yang dimilikinya, sifat bersahabat dan berbaur kepada sesama pelayan Tuhan sangat menonjol di dalam pembawaan dan kepribadiannya. –

Kekaguman para staff dan pelayan HKBP pada umumnya adalah karena kehidupan spritualitasnya yang sepadan dengan tindakan dan perbuatannya sehari - hari. Keteladanan itu adalah karena adanya keselarasan hidup antara apa yang di- khotbah kan dengan apa yang diperbuat, apa yang diucapkan sesuai dengan tindakan dan perbuatan sehari-hari.

Konon Ompu i Pdt. Dr. Justin Sihombing pernah mengatakan tentang model Pendeta atau pengkhotbah yang benar, yaitu melaui suatu nasehat: "Hangoluhon na jinamitahonmi, jala jamifahon ngolumi" "Hiduplah sesuai dengan apa yang engkau khotbahkan, .' dan khotbahkan apa yang engkau lakukan dalam kehidupan mu." Ungkapan ini hendak menekankan bahwa seorang pengkhotbah tidak boleh sama seperti pansur, paneuran air, yang hanya sebagai alat atau media saluran air. Pengkhotbah bukan hanya sebagai pemberita firman Tuhan, tetapi juga harus menjadi pelaku firman Tuhan. Seorang pengkhotbah harus terlebih dahulu menghayati dan memberlakukan apa yang dikhotbahkan nya, barulah kemudian ia dapat berkhotbah kepada orang lain agar memberlakukan firman Tuhan dalam kehidupannya. –

Dengan demikian orang lain dapat mendengar khotbah tersebut bukan saja melalui apa yang diberitakan di atas mimbar, tetapi terlebih melalui apa yang diperbuat pengkhotbah itu di dalam kehidupannya sehari-hari. Perilaku seperti itulah yang ditemukan di dalam kehidupan pribadi Ds. G.H.M. Siahaan. –

Artinya, khotbah yang didengar jemaat dari Ds. G.H.M. Siahaan bukan hanya melalui pemberitaan di atas mimbar, tetapi juga melalui perbuatan, pikiran dan tindakan di dalam kehidupannya sehari-hari. itulah sebabnya, sekalipun dalam ukuran penilaian secara homiletik mungkin khotbah Ds. G.H.M Siahaan dapat dikategorikan tidak menarik, namun dalam khotbah konkrit melalui tindakan dan perbuatan, khotbahnya sangat disukai dan disenangi banyak orang. Memang, khotbah yang paling efisien dan efektif bukanlah melalui khotbah verbal dadatas mimbar, melainkan khotbah yang kelihatan di dalam setiap bidang kehidupan.