Ds. G.H.M. Siahaan adalah orang ke dua,
setelah Ds. Tunggul Somuntul Sihombing, yang menjabat dua kah periode sebagai
Sekretaris Jenderal dan dua kali periode sebagai Ephorus. Ketika Ds. G.H.M.
Siahaan sebagai Sekretaris Jenderal, ia menempati rumah kediaman Sekretaris
Jenderal, yang kini telah menjadi rumah kediaman Ephorus. Sedangkan rumah
Sekretaris Jenderal yang sekarang sebenarnya adalah rumah kediaman Ephorus
HKBP, yang dibangun dengan konstruksi setengah permanen pada masa akhir periode
Dr. Justin Sihombing. Sebelumnya, tipe itulah kediaman Ephorus itu terbuat dari
kayu dan berkolong, sama seperti rumah kediaman Sekretaris Jenderal yang
didiami Ds. G.H.M. Siahaan.
Selama dua periode
sebagai Sekretaris Jenderal, Ds. G.H.M. Siahaan rumah bangunan tua, terbuat
dari kayu dan berkolong. Namun setelah Ds. G.H.M. Siahaan menjadi Ephorus, ia
tetap memilih tinggal di rumah kediaman. Sekretaris Jenderal, yang dari kayu
dan berkolong itu. Sedangkan Sekretaris Jenderal, waktu itu adalah Dr. F.H.
Sianipar, menempati rumah kediaman Ephorus, yang sudah setengah permanen. –
Ketika itu banyak
orang yang menganjurkan, agar Ds. G.H.M. Siahaan dan keluarga pindah ke rumah
kediaman Ephorus, karena itu rumah memang lebih layak dan memang itulah rumah
kediaman Ephorus. Akan tetapi Ds. G.H.M. Siahaan mengatakan lebih senang
tinggal di rumah kediaman yang sudah ditempatinya selama 12 tahun ketika
sebagai Sekretaris Jenderal. Alasannya sederhana saja, "tidak lucu bukan,
kita pindah rumah ke rumah yang hanya 10 meter jaraknya dari rumah kita?"
Dengan demikian, selama satu periode, Ephorus HKBP, Ds. G.H.M. Siahaan dan
keluarga menempati rumah dari kayu dan berkolong itu.
Majelis Pusat periode
1974-1980, yang kemudian di non aktifkan dan diberhentikan, tidak sempat
memikirkan pembangunan rumah kediaman Ephorus mengganti rumah bangunan tua itu.
Barulah setelah diangkat Tim Pangurupi Ephorus, ketika Sekretaris Jenderal
sudah dijabat Ds. P.M. Sihombing, diadakanlah pembangunan rumah Ephorus. Dengan
demikian rumah kediaman Ephorus dalam bentuk bangunan baru seperti yang
sekarang masih sempat didiami oleh Ds. G.H.M. Siahaan satu periode lamanya.
Itulah yang didiami Ephorus yang sekarang.
Sikap Ds. G.H.M.
Siahaan itu menunjukkan kesederhanaan hidup, yang tidak mau menunjukkan
kekuasaan jabatan secara berlebihan. Sikap hidup sederhana itu didukung dengan
pertimbangan hal-hal yang lebih efisien dan praktis. Misalnya, hal itu
ditunjukkan, ketika ia tidak bersedia pindah rumah ke rumah kediaman Ephorus
yang jaraknya hanya 10-meter dari rumah kediamannya. Hal-hal yang berhubungan
dengan efisiensi dan praktis sering menjadi pertimbangan Ds. G.H.M. Siahaan. Faktor-faktor
jabatan, struktural dan birokratis sering diabaikan bila ternyata menghambat
efisiensi dan praktis bekerja. Semua hal itu dapat terjadi karena Ds. G.H.M.
Siahaan adalah orang yang sederhana dan merakyat, sehingga banyak orang yang
dekat dan menyukai nya.
Ompu i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan dikenal
sebagai orang yang dekat dengan kehidupan jemaat, baik dalam arti jemaat
sebagai persekutuan maupun dengan jemaat secara pribadi. Sikap menghargai dan
keramah-tamahannya kepada semua orang, khususnya kepada warga jemaat, tercermin
dari sambutan nya yang selalu mengundang simpati. Apabila sekelompok anggota
jemaat atau beberapa orang warga jemaat datang dari jemaatnya ke Kantor Pusat
Pearaja - Tarutung, dan ingin bertcmu dengan Ompu i, biasanya Ompu i akan
menyapa mereka: -
"Ra, nunga loja
hamu ate, Amang!" "Mungkin, Bapak-bapak sudah merasa letih, ya!"
Jika mereka yang datang dari kalangan Pendeta atau pelayan yang lain, apalagi
yang bermasalah di dalam pelayanannya, maka biasanya yang ditanyakan Ompu i
terlebih dahulu adalah keadaan keluarga: "Sehat-sehat do Ilian keluarga?
Nunga kalas piga tahe na umbalga? Didia uuaeng ibana marsingkola?" -
"Bagaimana, apakah keluarga sehat-sehat? Kelas berapa yang paling besar?
Di mana sekarang dia sekolah?" Pertanyaan-petanyaan yang familier tersebut
sangat berkesan bagi Pendeta atau pelayan yang bertemu dengan Ds. G.H.M.
Siahaan.
Salah satu kelebihan
Ompu i adalah mengingat nama orang. Apabila Ompu i menanyakan nama anak seorang
Pendeta, maka ketika bertemu beberapa bulan kemudian dengan pendeta itu, pasti
ditanyakan Ompu i: "Nunga didia tahe nuaeng si Anu? Nunga tammat ibana
marsingkola?" Pertanyaan dan sapaan yang penuh kekeluargaan itu akan
menjadi penyejuk bagi kehidupan Pendeta dan pelayan. Seseorang yang disapa Ompu
i, pasti merasakan kelegaan bahkan ada rasa kebanggaan tersendiri. "Wah,
rupanya Ompu i sangat peduli dengan keluarga saya. Ia rupanya memperhatikan
perkembangan pendidikan anak saya!", demikian sering ungkapan perasaan
Pendeta atau pelayan yang baru bertemu dengan Ompu i.
Apabila bepergian
yang menempuh perjalanan panjang, seperti ke Pekan Baru misalnya, Ephorus Ds.
G.H.M. Siahaan sangat menyukai istirahat di pinggir jalan, makan di bawah pohon
rindang dan duduk di atas tikar. Untuk itu, biasanya dalam perjalanan jauh
seperti itu, selalu dibawa bontot dan peralatan dari Pearaja, seperti tikar,
makanan dan alat-alat dapur yang sederhana. –
Dalam perjalanan
seperti itu, hubungan antara staf dengan Ds. G.H.M. Siahaan sebagai Ephorus
sangat kelihatan. Oi sepanjang perjalanan itu terjalin lah keakraban, senda
gurau dan cerita-cerita kocak dan humor dad Ompu i. Dalam setiap perjalanan
dinas, sikap Ds. G.H.M. Siahaan benar- benar memperlakukan staffnya semata-mata
sebagai dongan sapardalan, teman dalam perjalanan, bukan sebagai bawahan
sebagaimana biasanya dalam kehidupan dan suasana di kantor.
Suatu ketika, penulis pernah pergi bersama
Ompu i ke arah Medan. Biasanya, selalu kami usahakan agar makan siang di
Restoran Asia, Parapat. Namun penulis dan supir A. Situmeang ingin makan
lomok-lomok di kedai nasi yang ada di samping kiri galon minyak Parapat. Lalu,
penulis mengusulkan kepada Ompu i, agar setelah pesanan makanan tersedia untuk
Ompu i, kami akan pergi makan ke lomok-lomok di lapo ni halak hita. Ompu i
setuju dan tidak keberatan, lalu kami pergi meninggalkan Ompu i. Tetapi
sayangnya, kami harus menunggu beberapa menit lagi, karena lomok-lomok itu
belum masak, sehingga kami agak lama baru dapat makanan. –
Ketika kami kembali
ke Restoran Asia, Ompu i tidak ada lagi. Ternyata Ompu i sudah barada di toko
souvenir, melihat-lihat sesuatu yang hendak dibelinya. Dengan perasaan penuh
bersalah, penulis mendekati Ompu i dan minta maaf atas keterlambatan kami. Ketika
saya menceritakan bahwa kami terlambat karena harus menunggu beberapa menit,
sebab masakannya belum masak, Ompu i malah memberi komentar tantang kekurangan
halak hita berjualan, apalagi di kota tourist seperti Parapat. Menurut Ompu i,
orang yang berjualan di Parapat sebenarnya perlu ditatar, agar dapat membuat
senang hati para pembeli dan pendatang. –
Dari komentar Ompu i,
penulis tahu sejujurnya, bahwa ia tidak merasa tersinggung atas keterlambatan
kami. Iapun mengajak penulis untuk melihat- lihat barang souvenir yang lain.
Penulis benar-benar kagum melihat kebaikan dan kedekatan nya kepada staff
bawahannya.
Menurut Pdt. Marudut
Manalu, STh., M.Min, kepribadian dan kepemimpinan Ds. G.H.M. Siahaan, sangat
dikagumi Prof. Sondang Siagian, seorang pakar Ilmu Administrasi Negara. Suatu
ketika pada saat Prof. Sondang Siagian menjadi nara sumber dalam pelatihan
pendeta HKBP di Perkampungan Pemuda, Jetun, Silangit, mengatakan bahwa tipe
kepemimpinan Ds. G.H.M. Siahaan adalah tipe pemimpin yang sangat disiplin terhadap
jabatannya tetapi kepribadiannya sangat merakyat. –
Tipe seperti itu agak
jarang ditemukan di dalam diri seorang pemimpin. Biasanya orang yang disiplin
dengan jabatan, keputusan dan peraturan kantor adalah orang yang kaku, yang
selalu mengambil jarak dari orang banyak. Pemimpin seperti itu akan terkesan
sebagai pemimpin yang sulit diajak berkomunikasi dan jarang bertemu dengan
bawahan dan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi kepemimpinan
Ds. G.H.M. Siahaan lain dan sangat berbeda dengan gambaran seperti itu. Ketika
Ds. G.H.M. Siahaan barada di kantor, Ia sangat terikat dengan keputusan,
ketetapan dan peraturan yang berlaku di HKBP. Akan tetapi bila ia berada di
luar kantor, ia sangat menyenangi hubungan informal dan keakraban dengan bawahannya.
Tipe pemimpin seperti itu adalah tipe pemimpin yang sederhana, merakyat dan
pasti disenangi siapa saja.
Sikap kepribadian Ds.
G.H.M. Siahaan yang ramah, dekat dengan bawahannya dan mau membaur dengan orang
banyak tidak hanya terjadi di dalam lingkungan gereja, tetapi juga di
lingkungan adat dan kebudayaan orang Batak. –
Sebagaimana biasanya
di dalam adat Batak pada suatu ketika dapat sebagai posisi hulahula, tetapi
dalam waktu yang lain dapat menjadi boru. Ds. G.H.M. Siahaan selalu sadar akan posisinya
dalam suatu pesta adat, apakah sebagai hula hula, boru atau dongan tubu. Ia
selalu berusaha menempatkan diri secara pas sesuai dengan posisi tersebut. –
Apabila di dalam satu
pesta adat, misalnya pada saat hula hulanya Gr. Zending H. Simanjuntak
melangsungkan pesta adat perkawinan anaknya tahun 1976 di Sopo Godang NHKBP
Kampung Kristen Pematangsiantar, posisinya adalah sebagai boru. Pada hal waktu
itu ia sudah menjadi Ephorus HKBP. Dalam ukuran tatakrama tertentu, ia
menunjukkan partisipasinya sebagai boru. Misalnya, ia tidak bersedia duduk di
rung khusus yang disediakan untuk tamu vip, seperti untuk para Pendeta yang
diundang. Ia lebih senang bergabung dengan bani dan paribannya yang lain.
Ompu i Ephorus Ds.
G.H.M. Siahaan adalah seorang pribadi yang jujur, ramah dan lembut dalam
menerapkan kepemimpinannya. Beliau juga punya sifat yang menyatu antara
kepribadian dengan medan pelayanannya. ia dapat bersahabat dengan petani,
pedagang, maupun golongan lain nya. Suatu ketika, pada tahun 1979, Ompu i
Ephorus ingin mengunjungi dan berkhotbah pada salah satu jemaat pagaran, Resort
Padang Sidempuan. Pdt. B.M. Siagian menerangkan bahwa gereja itu sangat jauh
dan tidak dapat dilalui mobil seperti yang di pakai Ephorus. Dengan alasan itu,
maka keinginan Ompu i untuk mengunjungi jemaat tersebut disarankan agar tidak
dilakukan. –
Tetapi, ia menjawab
dengan lembut sambil mengajak dan berkata: "Ayolah pergi, meski jauh tidak
apa. 'Kan itu merupakan tugas dan tanggung jawab kita untuk menyampaikan berita
Kerajaan Allah, bukan?". Karena Ompu i sudah serius dan begitu bersemangat
untuk mengunjungi jemaat yang dimaksud, maka Pdt. B.M. Siagian sebagai Pendeta
Resort tentu tak berkuasa menolaknya.
Ds. G.H.M. Siahaan
memang selalu berusaha mengunjungi jemaat-jemaat yang terpencil, terlebih bila
dalam satu minggu tidak ada kegiatan ke-Ephorus-an, misalnya dalam peresmian
gereja, mangompoi alau mameakhon batu ojahan. Pada saat-saat tidak ada undangan
melakukan seremonial ke-Ephorus-an, biasanya penulis sebagai Sekretaris Khusus
turut mengusulkan ke jemaat mana dulu marminggu. Jemaat-jemaat terpencil
seperti Lumban Garaga, Siarangarang dan lain-lain itulah yang dikunjungi.
Alasan Ompu i sederhana saja. –
Karena biasanya
Ephorus diundang ke suatu jemaat hanya ketika ada pesta peresmian sesuatu, maka
tentu jemaat-jemaat kedI dan terpeneiI itu tidak mungkin mengundang Ephorus,
padahal mereka juga ingin dan merindukan bertemu dengan Ephorus nya. Beberapa
jemaat kecil yang ada di pinggir jalan antara Tarutung dan Medan, sering juga
dikunjungi. –
Alasannya juga
sederhana, ASI do roha, Jalan pamolusan ni Ephorus nasida laha tu angka huria
na balga na mar pesta. Denggan do marminggu disi Epharus so pala ala ni na
marpesta!" "Kasihan juga, karena mereka sering dilewati Ephorus ketika
hendak pergi ke jemaat yang besar yang melaksanakan pesta: Oleh karena itu ada
baiknya Ephorus juga memimpin ibadah minggu di sana sekaIipun tidak karena ada
pesta."-
Biasanya dalam
melakukan kunjungan mendadak seperti itu, staff nya penulis sendiri sudah
mengatur agar Ephorus tiba ke jemaat yang dimaksud persis menjelang ibadah
dimulai, tanpa ada pemberitahuan ke jemaat tersebut sebelumnya. Suatu ketika
pernah terjadi, Ephorus ingin beribadah Minggu di suatu jemaat, tetapi
terlambat datang. Ia tiba persis pada saat votum telah selesai. Ketika jemaat
melihat Ephorus datang masuk, maka tiba-tiba ibadah itu terkendala dan berhenti
sama sekali. Sebab anggota Jemaat langsung berdiri dan menyalam Ephorus.
Ephorus pun didauIat untuk berkhotbah. Penulis juga diminta majelis jemaat
untuk melanjutkan memimpin liturgi, maragenda. –
Hal itu menarik
sekali bagi penulis, karena sudah selesai Votum, maka ibadah Minggu itu
kemudian dilanjutkan dengan nyanyian setelah Votum. Dalam kunjungan mendadak
seperti itu, penulis melihat bahwa perasaan anggota dan majelis jemaat seperti
benar-benar kedatangan malaikat. Kedatangan dan kunjungan Ompu i benar-benar
dipahami sebagai berkat. Tidak jarang warga jemaat yang menangis menyalami Ompu
i karena merasa sangat terharu atas kunjungan yang mendadak tersebut.
Di samping sering
mengadakan kunjungan ke jemaat secara singgah di rumah mendadak, Ephorus Ds.
G.H.M. Siahaan juga sering Pendeta untuk sekedar minum kopi. Tindakan seperti
ini sering dilakukan Ompu i bukan dalam rangka sidak penyidikan mendadak,
seperti yang sering dilakukan oleh pejabat dalam pemerintahan. Kunjungan itu
adalah untuk menjalin hubungan kekeluargaan, atau kunjungan pastoral Ephorus
terhadap para pelayan seperti Pendeta. –
Ketika kunjungan
seperti itu dilakukan, keluarga Pendeta sangat senang dan bahagia menyambutnya.
Dalam kunjungan seperti itu, Ephorus biasanya menanyakan hal-hal yang bersifat
kekeluargaan, seperti kesehatan Pendeta, istri Pendeta dan anak-anaknya,
pendidikan anak dan berbagai pertanyaan menyangkut hal yang ringan-ringan. Sekalipun
hanya minum kopi, tapi kunjungan itu sangat berkesan keluarga Pendeta. Bahkan
pernah ada seorang Pendeta Ressort yang menyampaikan terimakasih nya kepada
penulis berkali-kali, karena begitu berkesan atas kunjungan Ephorus dan penulis
ke rumahnya. –
Rupanya ia
beranggapan bahwa kunjungan itu adalah alas prakarsa dan ajakan penulis
sendiri. Tidak apalah, pikir penulis juga perlu kejipratan pada waktu itu,
sekali-sekali Sekretaris Khusus penghargaan sedikit dari kepemimpinan Ompu i.
Alai taringot na ma i, ate!
Dalam setiap
kunjungan pastoral dan perayaan seremonial, Ompu i Ds. G.H.M. Siahaan, selalu
menekankan agar dilaksanakan secara sederhana, tidak perlu bersifat spektakuler
yang penuh dengan acara protokoler seperti datangnya petinggi negara. Hal yang
penting yang diinginkan Ompu i adalah bagaimana agar acara pesta atau ibadah
itu berlangsung dengan khidmat, bermakna, dan tidak perlu penghormatan dan
penghargaan yang berlebihan. Akan tetapi kadang- kadang hal-hal yang seremonial
- protokoler tidak dapat dihindarkan. –
Adakalanya kedatangan
Ephorus disambut jemaat dan warga masyarakat Batak Kristen dengan sangat meriah
sekali. Ketika sudah sampai di bandara, misalnya, sudah mula! penuh dengan
acara - acara protokoler. seperti ketika berkunjung ke Pekan Baru, Palembang,
Surabaya dan lain-lain. Bahkan dari bandara ke gereja yang dituju dengan
iringan barisan bermobil, pengawal, layaknya seperti kedatangan seorang pejabat
tinggi negara.
Dengan demikian dapat
diketahui bahwa Ompu i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan adalah sosok pemimpin yang
sederhana dan merakyat, rendah hati, jujur, ramah, tidak pilih kasih,
bersahabat. Beliau tidak suka menonjolkan diri. Ia aktif dalam seliap kegiatan
sosial kemasyarakatan. Hal itulah yang membuat para staff Kantor Pusat selalu
merasa nyaman bila Ompu i masuk kantor, dan bukan sebaliknya. Sebab figur
kebapakan yang dimilikinya, sifat bersahabat dan berbaur kepada sesama pelayan
Tuhan sangat menonjol di dalam pembawaan dan kepribadiannya. –
Kekaguman para staff
dan pelayan HKBP pada umumnya adalah karena kehidupan spritualitasnya yang
sepadan dengan tindakan dan perbuatannya sehari - hari. Keteladanan itu adalah
karena adanya keselarasan hidup antara apa yang di- khotbah kan dengan apa yang
diperbuat, apa yang diucapkan sesuai dengan tindakan dan perbuatan sehari-hari.
Konon Ompu i Pdt. Dr.
Justin Sihombing pernah mengatakan tentang model Pendeta atau pengkhotbah yang
benar, yaitu melaui suatu nasehat: "Hangoluhon na jinamitahonmi, jala
jamifahon ngolumi" "Hiduplah sesuai dengan apa yang engkau
khotbahkan, .' dan khotbahkan apa yang engkau lakukan dalam kehidupan mu."
Ungkapan ini hendak menekankan bahwa seorang pengkhotbah tidak boleh sama
seperti pansur, paneuran air, yang hanya sebagai alat atau media saluran air.
Pengkhotbah bukan hanya sebagai pemberita firman Tuhan, tetapi juga harus
menjadi pelaku firman Tuhan. Seorang pengkhotbah harus terlebih dahulu
menghayati dan memberlakukan apa yang dikhotbahkan nya, barulah kemudian ia
dapat berkhotbah kepada orang lain agar memberlakukan firman Tuhan dalam
kehidupannya. –
Dengan demikian orang
lain dapat mendengar khotbah tersebut bukan saja melalui apa yang diberitakan
di atas mimbar, tetapi terlebih melalui apa yang diperbuat pengkhotbah itu di
dalam kehidupannya sehari-hari. Perilaku seperti itulah yang ditemukan di dalam
kehidupan pribadi Ds. G.H.M. Siahaan. –
Artinya, khotbah yang
didengar jemaat dari Ds. G.H.M. Siahaan bukan hanya melalui pemberitaan di atas
mimbar, tetapi juga melalui perbuatan, pikiran dan tindakan di dalam
kehidupannya sehari-hari. itulah sebabnya, sekalipun dalam ukuran penilaian
secara homiletik mungkin khotbah Ds. G.H.M Siahaan dapat dikategorikan tidak
menarik, namun dalam khotbah konkrit melalui tindakan dan perbuatan, khotbahnya
sangat disukai dan disenangi banyak orang. Memang, khotbah yang paling efisien
dan efektif bukanlah melalui khotbah verbal dadatas mimbar, melainkan khotbah
yang kelihatan di dalam setiap bidang kehidupan.