Ds. G.H.M. Siahaan
adalah pemimpin yang selalu mengandalkan kekuatan doa dalam pelayanannya. Ia
bukan tipe orang yang selalu mengandalkan kemampuan dan ilmu, dan bukan pula
tipe orang hanya bersandar kepada pengetahuannya sendiri. Oleh karena
ketekunannya di dalam doa, ia termasuk tipe orang sipartangiang - yang selalu
hidup di dalam doa. –
Biasanya setiap orang
Kristen selalu berdoa ketika mau tidur atau setelah bangun tidur, mau makan
atau setelah selesai makan, untuk memohon penyertaan dan untuk mensyukuri semua
berkat Tuhan. Akan tetapi Ds. G.H.M. Siahaan menempatkan semua aktivitas
hidupnya selalu di dalam doa, dimulai dan diberangkatkan dengan doa serta
diakhiri atau ditutup dengan doa. –
Hal itu bukan hanya
dilakukan pada acara- acara seremonial-liturgis, tetapi juga pada setiap rapat
dalam aras kepemimpinan di HKBP, termasuk di dalam setiap pengambilan
keputusan. Bagi Ds. G.H.M. Siahaan, setiap rapat adalah ibadah, dan setiap
keputusan atau kebijakan yang diambil melalui rapat adalah juga ibadah. Oleh
karena itu setiap pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan harus selalu
lebih dahulu diputuskan di dalam doa.
Suatu ketika Buku Harian Ompu i Ephorus
tertinggal di atas meja kerjanya. Dari isi Buku Harian itu dapat diketahui
bahwa setiap keputusan dan kebijakan yang akan ditetapkan selalu lebih dahulu
didoakan oleh Ompu i. demikian juga dalam penetapan pemutasian Pendeta dan
pelayan lainnya.
Di dalam salah satu lembaran catatan Buku
Hariannya, Ds. G.H.M. Siahaan menuliskan:
Diputushon Parhalado
Pusar do mutasi ni angka Pandita. Bornginna i dung hutangiangkon, songon on do
alus ni Tuhan i. Hurang ampit do Pandita i tu Ressort na imbaru i. Alani i gabe
niganti ma haputusan i
"MaJelis Pusat
memutuskan agar Pendeta itu pindah ke Ressort yang baru. Pada malam harinya,
saya berdoa dan jawaban dari Tuhan mengatakan bahwa Pendeta tersebut tidak
cocok melayani di Ressort yang baru tersebut. sehingga keputusan Majelis Pusat
tersebut terpaksa saya rubah:" Di lembaran lain ada tertulis,
"Nunga
marulakulak ro SLan huria na na marbolat i. Na dua bolah pihak do ro pasahathon
na masa di hnuria i. Maol do buaton haputusan pasaehon na masa di huria i. Alai
dung martangiang au, hira na didok Tondi i do: 'Dok ma, tapasahat ma tu Tuhan
i, tatangiangkon ma asa mangula Tondi di rohanta be, ai Tondi Porbadia do na
tuk padamehon hamu.-
Jemaat yang
bermasalah itu telah datang berkali-kali. Kedua belah pihak yang bermasalah
juga telah mengutarakan apa yang sebenarnya terjadi di jemaat tersebut. Saya sangat
sulit mengambil keputusan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Tetapi
setelah saya berdoa, Roh Tuhan seolah-olah berkata: 'Katakanlah, kita serahkan
saja kepada Tuhan, supaya Roh Tuhan bekerja di hati kita masing-masing.
Sebenarnya hanya Roh Kuduslah yang mampu memperdamaikan kamu.
Pada satu sidang di
Sinode Godang 1982, ada masalah yang pelik di dalam pengambilan keputusan. Lalu
agar tidak terjadi dead- lock, Sekretaris jenderal, Ds. P.M. Sihombing meminta
persetujuan Ompu i Ds. G.H.M. Siahaan agar sebaiknya dilakukan lagi steam suara
dalam bahasa Inggris: to let off steam: mengeluarkan isi hati. –
Maksudnya agar ada
gambaran keputusan yang hendak diambil. Maka Sekretaris Jenderal meminta
beberapa pandangan lagi dari peserta Sinode Godang. Akan tetapi yang mengangkat
tangan sangat banyak. Hampir setengah dari peserta Sinode Godang, sehingga
tidak mung kin dilakukan steam suara. Setelah melihat keadaan itu, maka dengan
bijak Ds. P.M. Sihombing menawarkan kepada floor, dan mengatakan secara retorik:
'Saudara-saudara, bagaimana kalau kita serahkan saja kepada Ompu i, agar Ompu i
saja yang memutuskan, setuju?' - "Setuju!!!', sahut peserta Sinode Godang
dengan serentak. Kemudian Ds. P.M. Sihombing menyampaikan kepada Ompu i
Ephorus, bahwa semua peserta Sinode Godang telah menyerahkan kepada Ompu i,
agar Ompu i sendiri yang memberikan keputusan.
Kemudian Ds. P.M.
Sihombing menyodorkan corong mie kepada Ompu i. "Antong martangiang ma
hita!" "Kalau begitu, marilah kita berdoa!", kata Ompu i.
Setelah selesai
berdoa, kemudian Ompu i mengatakan agar percakapan dilanjutkan kepada topik
bahasan berikutnya. Kemudian Ompu i menyerahkan kembali corong mic kepada
Sekretaris Jenderal. Belum lagi Sekretaris Jenderal menerima corong mic
tersebut, tiba-tiba ada interupsi yang mengatakan:
"Mana
keputusannya?" Kemudian Ompu i menjawabnya dengan tenang. "Sinode ini
telah menyerahkan kepada saya, supaya saya yang mengambil keputusan. Kemudian
saya sudah menyerahkan kepada Tuhan melalui doa kita tadi, agar Tuhan sendirilah
yang memutuskan, bukan saya. Jadi keputusan yang saya ambil adalah
menyerahkannya kepada Tuhan. Marilah dengan sabar menunggu apa jawaban Tuhan
atas doa kita tadi. Saya kira begitu, bukan?"
Dari isi Buku Harian
Ompu i dan dari kisah yang diceritakan di atas, memperlihatkan, bahwa semua
keputusan dan tindakan Ompu i, khususnya menyelesaikan masalah yang terjadi di
jemaat selalu memohon petunjuk dari Tuhan, Untuk memutuskan sesuatu dalam
tugasnya sebagai Ephorus HKBP, selalu lebih dahulu men- doakannya.-
Dengan demikian,
apabila Ompu i sudah menetapkan dan memutuskan sesuatu, maka keputusan itu
bukan lagi hanya karena suara terbanyak, atau karena dipengaruhi situasi dan
kondisi tertentu, tetapi karena sudah ada keyakinan, bahwa Tuhan sendiri turut
campur _ tangan di dalam keputusan yang ditetapkan. Itulah sebabnya sangat
sulit bagi Ds. G.H.M. Siahaan untuk meRohah keputusannya. Apabila sudah
ditetapkan, misalnya seorang Pendeta akan dipindahkan ke daerah pelayanan yang
baru, maka ketetapan itu akan dipertahankan, karena ketetapan itu bukan hanya
ketetapan Ephorus atau Majelis Pusat, tetapi juga karena ketetapan dari Tuhan.
–
Artinya Tuhan melalui
Roh Kudus turut campur tangan di dalam memutuskan suatu ketetapan. Campur
tangan Tuhan itu diterima dan dialami melalui doa. Hanya apabila suatu
ketetapan tanpa doa atau tanpa meminta petunjuk dari Tuhan-Iah yang dapat
beRohah-obah, seperti yang sering terjadi akhir-akhir ini dalam pengambilan
keputusan untuk pemutasian tempat pelayanan Pendeta dan pelayan-pelayan
lainnya.
Harus diakui, selama Ds. G.H.M. Siahaan
menjabat Ephorus, nyaris tidak ada yang mempermasalahkan baik SK perpindahan
maupun keputusan tentang penyelesaian masalah di jemaat. Buku Harian Ompu i
memperlihatkan bahwa sudah menjadi jadwal rutin setiap tengah malam beliau
mendoakan HKBP, khususnya masalah yang terjadi. Hal itu menunjukkan bahwa dalam
kepemimpinan beliau sebagai Ephorus HKBP, beliau selalu mengandalkan hubungan
pribadinya melalui doa dengan Tuhan, bukan mengandalkan pengetahuan dan
pikirannya.