1.4.17. Menjelang Panggilan Tuhan

---(Edit) Menjelang Panggilan Tuhan



Kebiasaan yang kurang baik yang ada di dalam diri Ds. G.H.M. Siahaan adalah kecanduan nya terhadap kopi dan rokok. Ketika penulis menemani Ompu i untuk manggokkon- mengundang dalam rangka perkawinan Tan Gorat, tahun 1985, hampir setiap rumah yang di Balige kami kunjungi. Setiap rumah selalu dengan bangga dan senang menyuguhkan secangkir kopi buat Ompu i, karena mereka tahu bahwa Ompu i sangat suka dan senang min um kopi. Penulis sebenarnya selalu mengingatkan tuan rumah, supaya jangan memberi minuman kopi Iagi, karena kami sudah minum kopi di rumah yang sebelumnya kami kunjungi. Akan tetapi yang menjawab bukannya tuan rumah, tetapi justru Ompu i sendiri yang mengatakan: -

"Ndang pola boha i amang Tobing, ai adong be do inganan ni i" - "Tidak apa-apa itu, amang Tobing, semua itu punya tempat masing-masing." Maksudnya berapa gelas pun di minum kopi, selalu ada tempatnya masing-masing di dalam perut. Setelah meminum 5 gelas kopi berturut-turut, penulis sudah tidak mampu meminum kopi di rumah yang lain lagi. Tetapi Ompu i_ penulis kira, Iebih dari 20 gclas kopi yang sudah diminumnya. Anehnya, semakin banyak meminum kopi, wajah Ompu i semakin memerah dan nampaknya semakin segar.

Suatu ketika kami pernah harus berangkat pulang dari Medan menuju Tarutung, pada hal sudah jam 11 malam. Kira kira jam 01.30 dini hari, menjelang Tebing Tinggi, Ompu i meminta supaya kami mencari kedai kopi. Setelah kami keliling-keliling di kota Tebing Tinggi, ternyata kami tidak ada menemukan kedai kopi. Kemudian penulis menganjurkan. supaya di Siantar saja minum kopi, karena penulis tahu, di Siantar pasti ada kedai kopi yang masih buka. –

Semula Ompu i kurang yakin ada kedai kopi yang masih buka, karena sudah jam 02.00 pagi. Penulis menganjurkan supaya kami pergi ke Jln. Cipto Pematangsiantar, dan memang betul. kedai kopi milik Cina yang di sana masih buka. Betapa senangnya hati Ompu i pada waktu itu, bukan hanya karena kedai kopi nya buka. tetapi terlebih karena kopi nya sangat bagus, sesuai dengan selera Ompu i. Bagi Ompu i tidak ada batas waktu kapan boleh minum kopi. Kapanpun waktunya, sesuai dengan pengakuan Ompu i. kopi selalu membawa kesegaran tubuh dan pikiran bagi Ompu i.

Kecanduan minum kopi sejalan dengan kecanduan nya merokok. Kecanduan merokok adalah salah satu sifat yang kurang baik dari Ompu i. Rokok yang paling disenangi sebenarnya Commodere biasa. Akan tetapi karena rokok seperti itu sangat langka, ia kemudian beralih ke rokok Gudang Garam filter. Celakanya, karena warga jemaat tahu bahwa Ompu i senang merokok, maka warga jemaat sering membawa rokok sebagai pemberian atau oleh-oleh kepada Ompu i, dan bukan · langgung-tanggung, satu kotak. Anehnya, sekalipun Ompu i memperoleh pemberian rokok satu kotak, Ompu i harus membeli rokok yang sama lagi. Pernah penulis tanya kepada Ompu i, mengapa membeli rokok lagi. karena masih ada rokok Ompu i dari pemberian warga jemaat.

Enteng saja Ompu i menjawab, "lebih enak rokok yang dibeli sendiri dari pada pemberian orang lain." Karena begitu candunya Ompu i Terhadap kopi dan rokok, di kalangan pendeta muda sempat ada olok olok. '"siapa yang ingin jadi Ephorus, harus peminum kopi dan perokok berat!" hu pulalah sebabnya, mengapa bila ada Sinode Godang atau Rapat Pendeta HKBP, ruang sidang persis sepe1ti gudang asap. Suatu ketika Ompu i pernah harus opname di Rumah Sa kit HKBP Balige. karena tiba-tiba sakit demam tinggi. Ketika penulis mengunjunginya, dia malah mengeluh. Katanya penyakitnya semakin parah. Penyebabnya, karen:.1 selama di Rumah Sakit itu dokter tidak mengizinkan minum kopi dan merokok. Ompu i menganjurkan kepada penulis supaya membicarakannya dengan dokter, tetapi dokter. itu tetap tidak mengizinkan Ompu i untuk merokok dan min um kopi. Akhirnya Ompu i mengatakan kepada dokter bahwa ia sudah mulai me rasa sehat sehingga lebih baik pulang saja. Kebetulan pula minggu berikutnya akan ada Rapat Praeses, sehingga perlu berbagai persiapan. –

Dengan alasan itu,-dokter akhirnya mengizinkan Ompu i keluar dari Rumah Sakit. Ketika hal itu diceritakan Ompu i di tengah Rapat Praeses, salah seorang Praeses justru menguatkan apa yang dikatakan dokter. Supaya Ompu i sebaiknya menyetop minum kopi dan merokok. Tetapi dengan nada humor, Ompu i menjawab: "Bah, pandokmu.na i, sirang ma ibn dohot alealeniba on?" - kata Ompu i sambil memegang sebalang rokok yang sedang diisapnya - "songon na hurang denggan do i. Ai jwnolo do on tinanda sian inanta." Di antara Praeses ada yang terbahak-bahak mendengamya, tetapi ada yang mengerutkan kening, keheranan karena tidak tahu pasti apa tujuan humor itu. Mungkin maksud humor yang sulit dimengerti itu adalah: Ompu Boru telah meninggalkan dia, tetapi rokok dan kopi itu masih setia menemaninya.

Akibat kopi dan rokok yang sudah lama diminati Ompu L akhirnya banyak efek buruk kepada kesehatannya. Hal itu semak.in dirasakan setelah berumur di alas 60 tahun. Ia semakin sering saki!. Ia pernah tiba-tiba masuk rumah Sakit PGI Cikini di Jakarta. Ia semakin sering keluar masuk Rumah Sakit Balige. Hal itu menunjukkan bahwa kesehatan Ompu i sudah semakin rapuh dan mengalami berbagai komplikasi. Kondisi itu pulalah yang membuat Ompu i sering murung pada tahun-tahun terakhir. la tidak suka lagi berguyon dan bercengkerama dengan para staff seperti sediakala. Kesehatannya yang tidak prima lagi rupanya sering menjadi penyebab emosi yang kurang terkendali, cepat marah, rasa tidak peduli dan sering berdiam diri.

-------------
Foto Makam
--------------
Kiri: Makam Gr. Metusala Siahaan, orangtua Ompu i Ephorus. Kanan: Makam Ds. G.H.M. Siahaan, di Lumbangorat- Balige.