1.1.1. *--(Edit) Harapan Yang Tidak Sampai
Ds. G.H.M. Siahaan dapat dikatakan sukses dalam pelayanan. Ia sama seperti Ds. T.S. Sihombing, yang menempati dan menjabat semua jenjang jabatan yang ada di HKBP. Akan tetapi dalam kehidupan keluarga, banyak harapannya yang tidak sampai. Hal itu menunjukkan bahwa Ds. G.H.M. Siahaan ternyata, sebagai manusia biasa, banyak memiliki cita-cita dan pengharapan yang tidak sampai. Banyak juga keinginannya yang tidak terkabul dan tidak dapat diraihnya. –
Namun demikian, dan inilah kemungkinan kelebihannya dari orang lain, Ds. G.H.M. Siahaan tidak pernah merasa kecewa yang menimbulkan putus asa atau bilang harapan. Sekalipun ada cita-cita dan harapan yang tidak terkabul, atau sekalipun apa yang diharapkannya justru kebalikannya yang didapatkan. Ia tetap tabah. la selalu mencoba mengerti dan memahami apa adanya. Dengan demikian, harapan yang tidak sampai dan cita-cita yang tidak terkabul itu akan membawa hikmah tersendiri, yang justru lebih memperkaya pengenalan diri dan keyakinan atas penyertaan Tuhan dalam kehidupan ini.
Berbagai harapan yang tidak sampai itu dapat dilihat dalam kehidupan pribadi, kehidupan keluarga dan sebagai Pucuk Pimpinan HKBP. Misalnya dalam suksesi ke-Ephorus-an. Untuk meneruskan kepemimpinan Ephorus, ternyata harapan dan keinginan Ds. G.H.M. Siahaan tidak tercapai seperti yang diinginkannya. Dari awal periode terakhir ke-Ephorus-an nya, Ds. G.H.M. Siahaan sudah banyak mempercayakan tugas dan tanggung-jawab Ephorus kepada Sekretaris Jenderal, yaitu Ds. P.M. Sihombing. Pengalihan tanggung-jawab itu memang sebagai konsekwensi permintaan Sinode Godang agar Ds. G.H.M. Siahaan meneruskan sampai akhir periode, 1986, sekalipun sebenarnya ia telah memasuki masa pensiun tahun 1983. Dengan demikian banyak tugas dan tanggung-jawabnya sebagai Ephorus harus dibebankan kepada Ds. P.M. Sihombing. Hal itu menunjukkan bahwa posisi Ds. P.M. Sihombing benar-benar dipersiapkan untuk menggantikan Ds. G.H.M. Siahaan menjadi Ephorus pada periode berikutnya.
Bila dilihat ke belakang dalam sejarah HKBP, maka tradisi yang terjadi di HKBP semakin menguatkan posisi Ds. P.M. Sihombing untuk menjadi Ephorus kelak. Ada dua orang Sekretaris Jendral, Ds. S. Sihombing dan Ds. G.H.M. Siahaan, yang kemudian menjadi Ephorus HKBP. Tradisi itu diharapkan diteruskan dan terjadi pada diri Ds. P.M. Sihombing. –
Oleh karana itu, tidak tanggung-tanggung, Ds. G.H.M. Siahaan memberikan dukungan nya kepada Ds. P.M. Sihombing agar kelak menjadi Ephorus. Ketika ada issu bahwa ada calon lain untuk menjadi Ephorus, di mana ketika itu Pdt. Dr. S.A.E. Nababan LLD diisukan akan mencalonkan diri menjadi Ephorus, Ds. G.H.M. Siahaan segera turun-tangan untuk mengklarifikasi nya. –
Ia mengusulkan dan menyampaikan di rapat Majelis Pusat, agar sebaiknya satu orang saja yang menjadi calon Ephorus. Usai rapat Majelis Pusat yang terakhir yang diadakan di Jln. Uskup Agung Medan, juga diadakan percakapan antara Ds. G.H.M. Siahaan, Ds. P.M. Sihombing. Pdt. Dr. S.A.E. Nababan dan St. M.H. Rajagukguk S.H. Hasil pertemuan itu diberitahukan bahwa mereka berempat menyepakati agar calon Ephorus adalah Ds. P.M. Sihombing. Diberitahukan juga bahwa pada pertemuan itu Dr. S.A.E. Nababan mengatakan tidak mencalonkan diri, tetapi menyerahkannya kepada Sinode Godang dan semua anggota Sinode Godang harus tunduk kepada keputusan Sinode Godang. Pertemuan yang hampir sama, yang intinya menyatukan suara calon Ephorus diadakan lagi di Hotel Polonia Medan. (36)
---------------------.
Fnote 36
Lihat Bungaran Anthonius Simanjuntak. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba (Yogyakarta:
Jendela 2002) hal 393- 394
----------------------.
Pada Sinode Godang ke 48, sinode periode, yang diadakan pada tanggal 27-31 Januari 1987, Ds. G.H.M. Siahaan nyata-nyata telah mengatakan dan mengarahkan peserta Sinode Godang. agar sebaiknya lah Ds. P.M. Sihombing yang akan meneruskan jabatannya sebagai Ephorus. Alasan Ds. G.H.M. Siahaan adalah karena pengalaman Ds. P.M. Sihombing sebagai Sekretaris Jenderal telah merupakan persiapan dalam memimpin HKBP. Apalagi dalam masa-masa konflik, Ds. P.M. Sihombing telah menunjukkan jati dirinya sebagai pemimpin yang teruji, sehingga Iayak menjadi Ephorus HKBP pada periode berikutnya. –
Akan tetapi pada kenyataannya terjadi di luar dugaan. Ephorus yang terpilih justru Pdt. Dr. S.A.E. Nababan, LLD. Ds. G.H.M. Siahaan tidak menduga sama sekali bahwa Ds. P.M. Sihombing kalah dalam pemilihan Ephorus.
Hal itu diungkapkannya kepada penulis seusai pemilihan itu. Ketika itu, hampir jam dua pagi, setelah pemilihan Ephorus dan Sekretaris Jenderal selesai, beliau datang ke kantor sekretariat panitia. Atas ajakannya, kami berbicara di lantai dua kantor SGH. Beliau mengatakan bahwa ia tidak menduga bahwa Ds. P.M. Sihombing akan kalah. Setelah selesai membicarakan kekalahan Ds. P.M. Sihombing tersebut, beliau menganjurkan agar penulis pulang saja dulu ke Pearaja untuk menemani Ds. P.M. Sihombing yang beberapa menit sebelumnya sudah meninggalkan sidang. –
Penulis mengajak Pdt. W.T.P Simarmata, Sekretaris Khusus Sekjen dan Pdt. Ungkap Sitompul, Kepala Biro Jamaat, untuk pulang ke Pearaja, ke rumah Ds. P.M. Sihombing. Di rumah Ds. P.M. Sihombing ternyata sudah ada beberapa teman Pendeta. Kira-kira jam tiga dini hari, Ompu i datang bergabung. Ds. G.H.M. Siahaan pada waktu itu memberikan penghiburan agar kekalahan itu diterima dengan lapang dada. Pasti semuanya itu adalah sesuai dengan rencana Tuhan.
Namun konflik pun tetap terjadi. Ds. P.M. Sihombing tidak dapat menerima kekalahan tersebut. Ia menganggap bahwa Pdt. Dr. Nababan, UD telah mempecundangi, bahkan dikatakan telah menghianatinya. –
Akibat dari penolakan tersebut, Ds. P.M. Sihombing membentuk kelompoknya sendiri untuk tidak menerima Kepemimpinan Pdt. Dr. S.A.E. Nababan, UD. Sangat ironis memang. Sebab, Ds. P.M. Sihombing sendiri ikut dalam pemilihan. Bahkan turut mempersiapkan pelantikan fungsionaris terpilih, yang baru, pada tanggal 1 Februari 1987 di HKBP Pearaja. –
Serah terima antara fungsionaris lama (Ds. G.H.M. Siahaan dan Ds. P.M. Sihombing) kepada fungsionaris yang baru (Pdt. Dr. S.A.E. Nababan, LLD dan Pdt. O.P.T. Simorangkir) pada tanggal 12 Februari 1987 di Kantor Pusat HKBP, berjalan dengan baik dan mulus. –
Akan tetapi pada akhirnya muncul sikap penolakan Ds. P.M. Sihombing dan tidak mengakui kepemimpinan Pdt. Dr. S.A.E. Nababan, LLD sebagai Ephorus HKBP. Itulah yang sangat ironis. Peristiwa demi peristiwa dari sikap penolakan Ds. P.M. Sihombing tersebut masih dilihat dan diketahui Ds. G.H.M. Siahaan pada akhir masa hidupnya. –
Suatu ketika pada saat keadaan tidak sehat lagi pernah ditanyakan kepada Ompu i Ds. G.H.M. Siahaan, tentang pendapatnya mengenai situasi dan keadaan HKBP yang sudah semakin tidak harmonis lagi, khususnya dengan lahimya kelompok yang menamakan diri parretreat, di mana Ds. P.M. Sihombing, MTh ada di dalamnya, beliau hanya mengatakan: "Pos do roha, denggan do i muse bahenon ni Tuhan i" - "Saya yakin, Tuhan akan melakukan semuanya dengan baik."
Pengharapan yang tidak sampai yang lain adalah dalam kehidupan keluarga. Anaknya yang pertama, Tan Goral yang kawin dengan br. Simanjuntak pada tahun 1985, mendadak meninggal dunia pada tanggal 11 Nopember 1987.
Ompu i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan mempunyai keturunan lima anak, dua perempuan dan tiga laki-laki. Anak pertama Ronitua (perempuan) menikah dengan Drs. Sabaru M.P. Marpaung, kini almarhum, dan mempunyai seeorang anak perempuan bernama dr. Inge Mailiza Jeneva Bontor yang baru menikah pada tanggal 27 Mei 2005 dengan Elyus Balomoan Doloksaribu ST. Inge (nama panggilan) atau Bontor lahir tidak berapa lama setelah Ds. G.H.M. Siahaan terpilih menjadi Ephorus. Dengan demikian gelar Ds. G.H.M. Siahaan adalah "Ompu Bontor Doli". "Jadi ndang sala be molo dijou halak iba Ompung, ai dung Ephorus iba manigor sorang do pahOmpu i," - "Jadi tidak salah bila saya dipanggil Ompung, sebab setelah saya menjadi Ephorus, cucu saya sudah ada," demikian Ompu i pernah bemostalgia, pada saat perayaan ulang tahunnya. 14 Desember 1985.
==LENGKAPI DENGAN NAMA NAMA ANAK ANAK ========
Anaknya yang pertama bernama Haposan. Nama itu adalah pemberian Ds. G.H.M. Siahaan sendiri. Ketika anak ini lahir, tidak ada niat Ds. G.H.M. Siahaan untuk mengganti gelamya menjadi Ompu Haposan Doli, sebagaimana umumnya tradisi orang Batak yang memakai gelar Ompu dari anak keturunan laki-laki. Ia tetap lebih suka menyebut diri dan dipanggil menjadi Ompu Bontor Doli. Anak ke lima, Patar Muliana Siahaan SE, berumah tangga dengan boru Hutabarat. Mereka tinggal di Medan dan belum mempunyai anak.
------------/
Foto rumah di Sinarsak.
--------------
Kediaman Ompu i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan di Km. 9.5 Sinarsak Pematangsiantar. Dibangun setelah pensiun dari Pendeta HKBP.
Ds. G.H.M. Siahaan dapat dikatakan sukses dalam pelayanan. Ia sama seperti Ds. T.S. Sihombing, yang menempati dan menjabat semua jenjang jabatan yang ada di HKBP. Akan tetapi dalam kehidupan keluarga, banyak harapannya yang tidak sampai. Hal itu menunjukkan bahwa Ds. G.H.M. Siahaan ternyata, sebagai manusia biasa, banyak memiliki cita-cita dan pengharapan yang tidak sampai. Banyak juga keinginannya yang tidak terkabul dan tidak dapat diraihnya. –
Namun demikian, dan inilah kemungkinan kelebihannya dari orang lain, Ds. G.H.M. Siahaan tidak pernah merasa kecewa yang menimbulkan putus asa atau bilang harapan. Sekalipun ada cita-cita dan harapan yang tidak terkabul, atau sekalipun apa yang diharapkannya justru kebalikannya yang didapatkan. Ia tetap tabah. la selalu mencoba mengerti dan memahami apa adanya. Dengan demikian, harapan yang tidak sampai dan cita-cita yang tidak terkabul itu akan membawa hikmah tersendiri, yang justru lebih memperkaya pengenalan diri dan keyakinan atas penyertaan Tuhan dalam kehidupan ini.
Berbagai harapan yang tidak sampai itu dapat dilihat dalam kehidupan pribadi, kehidupan keluarga dan sebagai Pucuk Pimpinan HKBP. Misalnya dalam suksesi ke-Ephorus-an. Untuk meneruskan kepemimpinan Ephorus, ternyata harapan dan keinginan Ds. G.H.M. Siahaan tidak tercapai seperti yang diinginkannya. Dari awal periode terakhir ke-Ephorus-an nya, Ds. G.H.M. Siahaan sudah banyak mempercayakan tugas dan tanggung-jawab Ephorus kepada Sekretaris Jenderal, yaitu Ds. P.M. Sihombing. Pengalihan tanggung-jawab itu memang sebagai konsekwensi permintaan Sinode Godang agar Ds. G.H.M. Siahaan meneruskan sampai akhir periode, 1986, sekalipun sebenarnya ia telah memasuki masa pensiun tahun 1983. Dengan demikian banyak tugas dan tanggung-jawabnya sebagai Ephorus harus dibebankan kepada Ds. P.M. Sihombing. Hal itu menunjukkan bahwa posisi Ds. P.M. Sihombing benar-benar dipersiapkan untuk menggantikan Ds. G.H.M. Siahaan menjadi Ephorus pada periode berikutnya.
Bila dilihat ke belakang dalam sejarah HKBP, maka tradisi yang terjadi di HKBP semakin menguatkan posisi Ds. P.M. Sihombing untuk menjadi Ephorus kelak. Ada dua orang Sekretaris Jendral, Ds. S. Sihombing dan Ds. G.H.M. Siahaan, yang kemudian menjadi Ephorus HKBP. Tradisi itu diharapkan diteruskan dan terjadi pada diri Ds. P.M. Sihombing. –
Oleh karana itu, tidak tanggung-tanggung, Ds. G.H.M. Siahaan memberikan dukungan nya kepada Ds. P.M. Sihombing agar kelak menjadi Ephorus. Ketika ada issu bahwa ada calon lain untuk menjadi Ephorus, di mana ketika itu Pdt. Dr. S.A.E. Nababan LLD diisukan akan mencalonkan diri menjadi Ephorus, Ds. G.H.M. Siahaan segera turun-tangan untuk mengklarifikasi nya. –
Ia mengusulkan dan menyampaikan di rapat Majelis Pusat, agar sebaiknya satu orang saja yang menjadi calon Ephorus. Usai rapat Majelis Pusat yang terakhir yang diadakan di Jln. Uskup Agung Medan, juga diadakan percakapan antara Ds. G.H.M. Siahaan, Ds. P.M. Sihombing. Pdt. Dr. S.A.E. Nababan dan St. M.H. Rajagukguk S.H. Hasil pertemuan itu diberitahukan bahwa mereka berempat menyepakati agar calon Ephorus adalah Ds. P.M. Sihombing. Diberitahukan juga bahwa pada pertemuan itu Dr. S.A.E. Nababan mengatakan tidak mencalonkan diri, tetapi menyerahkannya kepada Sinode Godang dan semua anggota Sinode Godang harus tunduk kepada keputusan Sinode Godang. Pertemuan yang hampir sama, yang intinya menyatukan suara calon Ephorus diadakan lagi di Hotel Polonia Medan. (36)
---------------------.
Fnote 36
Lihat Bungaran Anthonius Simanjuntak. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba (Yogyakarta:
Jendela 2002) hal 393- 394
----------------------.
Pada Sinode Godang ke 48, sinode periode, yang diadakan pada tanggal 27-31 Januari 1987, Ds. G.H.M. Siahaan nyata-nyata telah mengatakan dan mengarahkan peserta Sinode Godang. agar sebaiknya lah Ds. P.M. Sihombing yang akan meneruskan jabatannya sebagai Ephorus. Alasan Ds. G.H.M. Siahaan adalah karena pengalaman Ds. P.M. Sihombing sebagai Sekretaris Jenderal telah merupakan persiapan dalam memimpin HKBP. Apalagi dalam masa-masa konflik, Ds. P.M. Sihombing telah menunjukkan jati dirinya sebagai pemimpin yang teruji, sehingga Iayak menjadi Ephorus HKBP pada periode berikutnya. –
Akan tetapi pada kenyataannya terjadi di luar dugaan. Ephorus yang terpilih justru Pdt. Dr. S.A.E. Nababan, LLD. Ds. G.H.M. Siahaan tidak menduga sama sekali bahwa Ds. P.M. Sihombing kalah dalam pemilihan Ephorus.
Hal itu diungkapkannya kepada penulis seusai pemilihan itu. Ketika itu, hampir jam dua pagi, setelah pemilihan Ephorus dan Sekretaris Jenderal selesai, beliau datang ke kantor sekretariat panitia. Atas ajakannya, kami berbicara di lantai dua kantor SGH. Beliau mengatakan bahwa ia tidak menduga bahwa Ds. P.M. Sihombing akan kalah. Setelah selesai membicarakan kekalahan Ds. P.M. Sihombing tersebut, beliau menganjurkan agar penulis pulang saja dulu ke Pearaja untuk menemani Ds. P.M. Sihombing yang beberapa menit sebelumnya sudah meninggalkan sidang. –
Penulis mengajak Pdt. W.T.P Simarmata, Sekretaris Khusus Sekjen dan Pdt. Ungkap Sitompul, Kepala Biro Jamaat, untuk pulang ke Pearaja, ke rumah Ds. P.M. Sihombing. Di rumah Ds. P.M. Sihombing ternyata sudah ada beberapa teman Pendeta. Kira-kira jam tiga dini hari, Ompu i datang bergabung. Ds. G.H.M. Siahaan pada waktu itu memberikan penghiburan agar kekalahan itu diterima dengan lapang dada. Pasti semuanya itu adalah sesuai dengan rencana Tuhan.
Namun konflik pun tetap terjadi. Ds. P.M. Sihombing tidak dapat menerima kekalahan tersebut. Ia menganggap bahwa Pdt. Dr. Nababan, UD telah mempecundangi, bahkan dikatakan telah menghianatinya. –
Akibat dari penolakan tersebut, Ds. P.M. Sihombing membentuk kelompoknya sendiri untuk tidak menerima Kepemimpinan Pdt. Dr. S.A.E. Nababan, UD. Sangat ironis memang. Sebab, Ds. P.M. Sihombing sendiri ikut dalam pemilihan. Bahkan turut mempersiapkan pelantikan fungsionaris terpilih, yang baru, pada tanggal 1 Februari 1987 di HKBP Pearaja. –
Serah terima antara fungsionaris lama (Ds. G.H.M. Siahaan dan Ds. P.M. Sihombing) kepada fungsionaris yang baru (Pdt. Dr. S.A.E. Nababan, LLD dan Pdt. O.P.T. Simorangkir) pada tanggal 12 Februari 1987 di Kantor Pusat HKBP, berjalan dengan baik dan mulus. –
Akan tetapi pada akhirnya muncul sikap penolakan Ds. P.M. Sihombing dan tidak mengakui kepemimpinan Pdt. Dr. S.A.E. Nababan, LLD sebagai Ephorus HKBP. Itulah yang sangat ironis. Peristiwa demi peristiwa dari sikap penolakan Ds. P.M. Sihombing tersebut masih dilihat dan diketahui Ds. G.H.M. Siahaan pada akhir masa hidupnya. –
Suatu ketika pada saat keadaan tidak sehat lagi pernah ditanyakan kepada Ompu i Ds. G.H.M. Siahaan, tentang pendapatnya mengenai situasi dan keadaan HKBP yang sudah semakin tidak harmonis lagi, khususnya dengan lahimya kelompok yang menamakan diri parretreat, di mana Ds. P.M. Sihombing, MTh ada di dalamnya, beliau hanya mengatakan: "Pos do roha, denggan do i muse bahenon ni Tuhan i" - "Saya yakin, Tuhan akan melakukan semuanya dengan baik."
Pengharapan yang tidak sampai yang lain adalah dalam kehidupan keluarga. Anaknya yang pertama, Tan Goral yang kawin dengan br. Simanjuntak pada tahun 1985, mendadak meninggal dunia pada tanggal 11 Nopember 1987.
Ompu i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan mempunyai keturunan lima anak, dua perempuan dan tiga laki-laki. Anak pertama Ronitua (perempuan) menikah dengan Drs. Sabaru M.P. Marpaung, kini almarhum, dan mempunyai seeorang anak perempuan bernama dr. Inge Mailiza Jeneva Bontor yang baru menikah pada tanggal 27 Mei 2005 dengan Elyus Balomoan Doloksaribu ST. Inge (nama panggilan) atau Bontor lahir tidak berapa lama setelah Ds. G.H.M. Siahaan terpilih menjadi Ephorus. Dengan demikian gelar Ds. G.H.M. Siahaan adalah "Ompu Bontor Doli". "Jadi ndang sala be molo dijou halak iba Ompung, ai dung Ephorus iba manigor sorang do pahOmpu i," - "Jadi tidak salah bila saya dipanggil Ompung, sebab setelah saya menjadi Ephorus, cucu saya sudah ada," demikian Ompu i pernah bemostalgia, pada saat perayaan ulang tahunnya. 14 Desember 1985.
==LENGKAPI DENGAN NAMA NAMA ANAK ANAK ========
Anaknya yang pertama bernama Haposan. Nama itu adalah pemberian Ds. G.H.M. Siahaan sendiri. Ketika anak ini lahir, tidak ada niat Ds. G.H.M. Siahaan untuk mengganti gelamya menjadi Ompu Haposan Doli, sebagaimana umumnya tradisi orang Batak yang memakai gelar Ompu dari anak keturunan laki-laki. Ia tetap lebih suka menyebut diri dan dipanggil menjadi Ompu Bontor Doli. Anak ke lima, Patar Muliana Siahaan SE, berumah tangga dengan boru Hutabarat. Mereka tinggal di Medan dan belum mempunyai anak.
------------/
Foto rumah di Sinarsak.
--------------
Kediaman Ompu i Ephorus Ds. G.H.M. Siahaan di Km. 9.5 Sinarsak Pematangsiantar. Dibangun setelah pensiun dari Pendeta HKBP.