1.1.5. Ditahbiskan Untuk Melayani Tuhan


1.1.5.      Ditahbiskan Untuk Melayani Tuhan

Setelah kembali dari Jakarta dan selesai mengikuti praktek kependetaan di jemaat-jemaat HKBP di pulau Jawa, maka sejak Mei 1943, Gustav Siahaan dan kedua teman seangkatannya masih mengikuti berbagai bentuk praktek, magang dan bimbingan kependetaan di Kantor Besar HKBP, Pearaja Tarutung. Ada hampir lima bulan mereka menerima berbagai bimbingan dan pengenalan tentang kependetaan dan peta pelayanan HKBP. Barulah setelah itu, pada tangga124 Oktober 1943, Ephorus HKBP, Pdt. Justin Sihombing. menahbiskan Gustav Siahaan, Kondar Ritonga dan Alfred Sitorus sebagai pendeta, dengan mengambil tempat di HKBP Balige.

Bagi Gustav Siahaan, tentu saja penahbisan itu lebih mempunyai makna dari pada bagi kedua temannya. Sebab bagi Gustav Siahaan, HKBP Balige tentu mempunyai nilai historis tersendiri. Tidak jauh dari gereja itu, kampung halamannya, bonapasogit, ada di sana, yaitu Lumban Gorat. Sekalipun Balige bukan tempat kelahirannya, dan bukan tempat masa-masa pertumbuhan keremajaan dan kedewasaannya, tetapi Balige tetap sebagai kampung halaman baginya. Kebanggaan terhadap kota Balige tetap ada di hatinya. Semua keluarga dan kerabat lainnya masih ada di sana. –

Tentu mereka juga merasa bersyukur, salah seorang dari keturunan Siahaan, dari desa Lumban Gorat, bahwa akan ditahbiskan menjadi pendeta, di kotanya sendiri, di Balige. Sejak saat penahbisan itu, namanya pun dieja menjadi Ds. Gustav Siahaan. Demikian juga nama kedua teman akrabnya, teman seperjuangan dalam suka dan duka, menjadi Ds. Kondar Ritonga dan Ds. Alfred Sitorus (6)

Setelah menerima tahbisan pendeta, mereka bertiga akhirnya menerima tugas panggilan untuk melayani ke daerah pelayanan masing-masing. Hal itu merupakan sesuatu yang baru bagi mereka. Selama menempuh pendidikan teologi di HTS, sampai masa praktek, mereka seolah-olah ditakdirkan untuk selalu bersama-sama mengalami suka dan duka, mengarungi gelombang kehidupan, dan menikmati indahnya perjuangan. Kini, setelah menerima tahbisan, mereka harus meniti karier nya masing-masing.

-------------------------
(fnote-6)
Selama menempuh pendidikan teolog! di HTS sampai menerima tahbisan kependetaan, Ds. Gustav Siahaan, Ds. Kondar Ritonga dan Ds. Alfred Sitorus adalah tiga sekawan. yang selalu bersama-sama menanggung suka dan duka. Dalam menjalani karier kependetaannya, Ds. Kondar Ritonga pernah menjabat Ketua Seksi Zending HKBP (1962·1969), bersamaan dengan saat Ds. Gustav Siahaan menjabat Sekretaris Jenderal HKBP. Kemudian Ds. Kondar Ritonga terpilih menjadi Praeses pada periode 1969·1974, dan ditempatkan di Distrik Tapanuli Selatan. sedangkan Ds. Gustav Siahaan terpilih lagi dalam periode ke dua untuk menjabat Sekretaris Jenderal HKBP. Sementara Ds. Alfred Sitorus, pada jabatan kependetaannya hanya sebagal Pendeta Ressort, misalnya HKBP Resort Tambunan Balige, dan terakhir sebagai Guru di Seminarium Theologia HKBP Sipoholon, Tarutung. Dia meninggal sebelum 1968, dalam usia yang relatif masih muda.
--------------------------------